FRANKFURT, vozpublica.id - Bank Sentral Eropa (ECB) menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 3,25 persen. ECB juga mengisyaratkan bahwa pengetatan lebih lanjut masih diperlukan untuk meredam inflasi.
ECB telah menaikkan suku bunga secara kumulatif sebesar 375 bps sejak Juli 2022, yang merupakan laju pengetatan tercepat. Hal itu menunjukkan tindakan lebih lanjut kemungkinan besar masih diperlukan karena tekanan upah dan harga yang meningkat.
Kenaikan ini dilakukan sehari setelah Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga acuan sebesar 25 bps menjadi 5-5,25 persen pada Rabu (3/5/2023) waktu setempat. Namun Fed mengisyaratkan kenaikan tersebut bisa menjadi yang terakhir dilakukan.
"Kami tidak berhenti, itu sangat jelas," kata Presiden ECB Christine Lagarde dalam konferensi pers, dikutip dari Reuters, Jumat (5/5/2023).
Dia menjelaskan, masih ada risiko besar terhadap inflasi, terutama dari kesepakatan upah baru-baru ini dan margin keuntungan perusahaan yang tinggi, serta kondisi keuangan yang masih belum cukup ketat. Dia mencatat bahwa pernyataan tertulis bank mengacu pada "keputusan kebijakan" di masa depan dalam bentuk jamak, mungkin menyarankan lebih dari satu kenaikan suku bunga lebih lanjut.
Keputusan ECB memperlambat kenaikan suku bunga setelah tiga kali berturut-turut menetapkan kenaikan 50 basis poin, terjadi hanya beberapa hari setelah data perbankan zona Eropa menunjukkan penurunan permintaan pinjaman terbesar dalam lebih dari satu dekade. Itu menunjukkan kenaikan suku bunga sebelumnya berdampak pada ekonomi dan bahwa kebijakan ECB sekarang adalah membatasi pertumbuhan.
"Keputusan suku bunga akan terus didasarkan pada penilaian prospek inflasi sehubungan dengan data ekonomi dan keuangan yang masuk, dinamika inflasi yang mendasari, dan kekuatan transmisi kebijakan moneter," kata ECB dalam pernyataannya.