Menelisik Siasat Pupuk Indonesia Halau Ancaman Krisis Pangan Nasional

Menelisik peran Pabrik Pupuk Fakfak dan Pabrik Pusri IIIB di Palembang, Koordinator Nasional Koalisi Rakyat Kedaulatan Pangan (KRKP) Said Abdullah mengatakan, keberadaan kedua fasilitas produksi pupuk menjadi salah satu determinan atau menentukan ketersediaan pangan di Indonesia, khususnya di daerah tempat pabrik beroperasi.
Dengan kemampuan produksinya, Said menilai, akan mendorong kedaulatan pangan di dalam negeri, kendati ketahanan pangan nasional tidak semata diukur oleh ketersediaan pasokan pupuk semata.
“Tentu dapat mempengaruhi ketahanan pangan nasional walaupun faktor produksi dan ketahanan pangan tidak hanya dipengaruhi oleh pupuk,” papar Said kepada iNews.id.
Sebagai komponen penting dalam proses budidaya, terutama pada wilayah dan sentra produksi pangan, kebutuhan akan pupuk tak terelakkan. Said mencatat, ketergantungan sektor pertanian pada pupuk kimia sudah sangat tinggi, sehingga kemampuan dan produktivitasnya sangat ditentukan oleh ketersediaan pupuk.
“Apalagi pada wilayah dan sentra produksi pertanian kebutuhan akan pupuk terutama kimia sintetis sudah tidak bisa dielakkan, kenapa? Karena ketergantungan pada pupuk kimia sudah sangat tinggi, produksi sangat ditentukan oleh pupuk,” ucap dia.
Pembangunan pabrik pupuk di sentra produksi pangan menjadi satu keharusan bagi Pupuk Indonesia. Pasalnya, potensi lahan terus dikembangkan dan dimanfaatkan pemerintah.
Papua Barat misalnya, terus digodok menjadi kawasan produsen utama komoditas pertanian di Indonesia timur. Di daerah ini terdapat 11.000 hektare (ha) tanaman jagung dan 7 juta ha tanaman pangan dan hortikultura yang harus dioptimalkan.
Sementara di Sumatera Selatan menjadi salah satu wilayah pelaksanaan program Food Estate atau lumbung pangan nasional. Program strategis pemerintah pusat ini menyasar lima kabupaten dengan luas lahan mencapai 92.279 ha. Ini menjadi rancangan untuk membangun sistem pengembangan pertanian dari hulu hingga hilir.
Tak hanya itu, Said menyarankan agar Pupuk Indonesia terus mengawasi distribusi pupuk setelah Pabrik Pupuk Fakfak dan Pabrik Pusri IIIB di Palembang rampung dikerjakan. Menurutnya, masih ada kendala soal waktu distribusi, jumlah, jenis, dan penerima pupuk di tataran akar rumput.
“Optimalisasi pabrik yang ada, yang dekat dengan penggunanya dapat dipilih dan disertai dengan pengawasan dan perbaikan tepat waktu distribusi jumlah dan lain-lain juga menjadi hal utama,” ujar Said.
Adapun Pupuk Indonesia sebagai holding BUMN pupuk memiliki lima perusahaan produsen pupuk yang tersebar di Kalimantan, Jawa, dan Sumatera. Anak perusahaan ini terdiri dari PT Pupuk Iskandar Muda, Pupuk Sriwidjaja Palembang, Pupuk Kalimantan Timur, PT Pupuk Kujang, dan PT Petrokimia Gresik.
Pada 2022 lalu, kelima perusahaan tersebut menghasilkan total 14.012.500 ton pupuk per tahun yang terdiri dari pupuk NPK, SP-36, urea, ZA, dan ZK, serta menghasilkan produk nonpupuk seperti amoniak, asam fosfat, asam sulfat sebanyak 8.694.000 ton per tahun.
Editor: Aditya Pratama