Menelisik Siasat Pupuk Indonesia Halau Ancaman Krisis Pangan Nasional

Rahmad memastikan sumber gas yang dipasok untuk proyek diambil dari sumber gas yang telah disepakati, yakni Lapangan Asap, Merah, dan Kido (AMK) di Blok Kasuri, Papua Barat. Adapun volume pasokan gas berkisar 112,6 MMSCFD untuk pabrik amonia-urea, dan 109,3 MMSCFD untuk pabrik metanol.
Proyek klaster pupuk di Indonesia Timur ini memang mendapat perhatian serius pemerintah karena mempunyai multiplier effect atau dampak positif yang begitu besar. Tak mengherankan bila Pupuk Indonesia harus menggelontorkan investasi sekitar USD1 miliar atau setara Rp15,69 triliun untuk membangun pabrik baru.
Berdasarkan kalkulasi perusahaan, potensi kontribusi pabrik terhadap pertumbuhan ekonomi domestik melalui porsi Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) mencapai Rp10 triliun. Sementara sumbangisinya bagi pendapatan negara diperkirakan berada di angka Rp20 miliar per tahun dan Rp15 miliar untuk pendapatan pemerintah daerah (pemda) setempat.
Kehadiran proyek strategis juga menjadi upaya perusahaan meningkatkan pemberdayaan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di Papua Barat. Pasalnya, selama durasi pembangunan atau masa puncak konstruksi, Pabrik Pupuk Fakfak mampu penyerapan 10.000 tenaga kerja baru dan 400 tenaga kerja ketika pabrik sudah beroperasi.
"Ini yang kami sebut dengan multiplier effect karena semangat kami tentu tidak untuk profit belaka, tapi juga bagaimana segala inovasi dan aktivitas kami bisa memberikan keberkahan bagi masyarakat. Selama durasi pembangunan proyek, kami memperkirakan penyerapan tenaga kerja 10.000 orang saat masa puncak konstruksi dan sebanyak 400 orang saat operasional," kata dia.
Meskipun Pupuk Indonesia tengah bertransformasi menjadi perusahaan petrochemical berskala global, fungsi dan peran perusahaan sebagai penopang ketahanan pangan nasional tetap dipertahankan. Ini dibuktikan melalui pembaruan pabrik Pusri IIIB di Palembang.
Keberadaan pabrik Pusri IIIB akan menggantikan pabrik lama, yaitu Pusri III dan IV yang dikelola anak usaha, PT Pupuk Sriwidjaja Palembang (Pusri Palembang). Revitalisasi itu suatu keniscayaan lantaran pabrik lama di Palembang sudah tergolong jadul alias tua.
Rahmad memandang, cara terbaik menopang ketahanan pangan nasional adalah dengan melakukan efisiensi pada operasional pabrik melalui penerapan teknologi terbaru.
Saat ini, Pupuk Indonesia menempati peringkat enam perusahaan pupuk di dunia. Dengan meningkatnya efisiensi, Rahmad berharap bisa menghasilkan kinerja yang lebih baik lagi, termasuk bersaing di pasar regional maupun internasional.
Pabrik Pusri IIIB nantinya menggunakan teknologi low energy atau rendah energi agar bisa memberikan efisiensi dan ramah lingkungan. Melalui teknologi, Pusri Palembang dapat menurunkan konsumsi bahan baku berupa gas sebesar 13 MMBTU per ton atau mampu menghemat biaya gas mencapai Rp1,1 triliun per tahun.
"Jadi ini konteksnya menjaga ketahanan pangan nasional karena sebagaimana kita ketahui, pabrik-pabrik yang kita miliki ini masih ada beberapa yang tua, tapi yang tua ini tentu tidak bisa dipertahankan karena tidak mungkin kita menopang ketahanan pangan nasional, tapi tidak efisien. Dalam konteks itu, kita perlu meningkatkan efisiensi," tuturnya.
Tak hanya itu, kapasitas produksi Pabrik Pusri IIIB mampu menghasilkan 445.500 ton amonia dan 907.500 ton urea per tahun. Di sisi penggunaan energi, pabrik menggunakan teknologi low energy dengan rasio konsumsi energi untuk produksi urea 22 MMBTU per ton dan amonia 32,89 MMBTU per ton. Pabrik ini ditargetkan beroperasi secara komersial pada 2027.
Estimasi nilai investasi dalam proyek ini mencapai Rp10,5 triliun, termasuk owner cost, dengan masa konstruksi sekitar 40 bulan sejak dibangun pada November 2023.
Pendanaan Pusri IIIB juga berasal dari kredit sindikasi investasi perbankan, terdiri dari delapan perbankan nasional, di mana PT Bank Negara Indonesia Tbk atau BNI sebagai agen fasilitas dan PT Bank Mandiri Tbk selaku agen jaminan. Adapun nilai kredit investasi yang digelontorkan mencapai Rp9,31 triliun.
"Efisiensi menjadi salah satu manfaat, tapi manfaat yang terbesar, yaitu memastikan ketersediaan pupuk di Indonesia. PI ini sekarang kita pada posisi sanggup memenuhi kebutuhan urea dalam negeri. Nah, itu akan kita pertahankan terus," ujarnya.
Revitalisasi pabrik juga diyakini berdampak positif terhadap perekonomian daerah dan nasional. Pasalnya, proyek ini akan membuka lapangan kerja, meningkatkan pendapatan daerah, serta peluang ekonomi lainnya.