Get vozpublica App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : BPOM Siap Kawal Keamanan Pangan MBG usai Marak Kasus Keracunan
Advertisement . Scroll to see content

Menelisik Siasat Pupuk Indonesia Halau Ancaman Krisis Pangan Nasional 

Sabtu, 25 November 2023 - 18:24:00 WIB
Menelisik Siasat Pupuk Indonesia Halau Ancaman Krisis Pangan Nasional 
Aksi-aksi jitu yang dilakukan Pupuk Indonesia merupakan strategi jitu perusahaan untuk menjaga dan menghalau kemungkinan yang mengancam keamanan pangan di RI. (Foto: Ilustrasi/Dok. Pupuk Indonesia)
Advertisement . Scroll to see content

JAKARTA, vozpublica.id - Masalah pupuk jangan disepelekan! Jika tidak segera mengambil langkah agar ketersediaan pupuk mencukupi dengan harga yang terjangkau, maka 2023 menjadi tahun yang lebih suram. 

Penggalan kalimat itu diutarakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di hadapan para pemimpin negara dengan perekonomian terbesar di dunia saat pembukaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali, Selasa (15/11/2022) lalu. 

50 hari menjelang pergantian tahun 2023, isu ketahanan pangan dan pasokan pupuk menjadi diskusi serius para pemimpin dunia di forum KTT G20 di Pulau Dewata. Perkaranya, dunia yang baru 'siuman' dari pandemi Covid-19 harus dihadapkan dengan rivalitas, perubahan iklim, dan konflik Rusia-Ukraina yang memberi pukulan keras bagi ketahanan pangan, energi, dan keuangan dunia, terutama negara-negara berkembang.

Ketegangan geopolitik di Eropa imbas konflik Rusia-Ukraina misalnya, membuat harga pangan dunia melonjak tinggi. Bahkan, dikhawatirkan makin memburuk dan menuju jurang krisis. 

Ketakutan ini beralasan karena Rusia dan Ukraina merupakan dua produsen pupuk kelas kakap dunia. Perang dua negara bertetangga ini sukses mengguncang sektor pertanian di nyaris semua negara karena menghambat distribusi bahan baku. 

Menurut data Institut Penelitian Kebijakan Pangan Internasional atau International Food Policy Research Institute (IFPRI) mencatat, pada 2020, Rusia menyumbang 14 persen perdagangan urea secara global, 11 persen perdagangan fosfat, dan 41 persen perdagangan kalium. 

Kendati begitu, ketidakpastian ekspor pupuk dari Rusia dan Belarusia meningkat tajam sepanjang tahun lalu imbas perang, sanksi ekonomi, hingga gangguan di jalur perdagangan Laut Hitam. 

Jokowi mengatakan, invasi militer Rusia ke wilayah Ukraina membuat 48 negara berkembang masuk dalam kondisi rawan pangan dan menghadapi kondisi sangat serius. Konflik yang pecah sejak awal 2022, itu memicu gangguan pasar tanaman pangan dan pupuk utama, sehingga mengancam ketahanan pangan di banyak negara.

"Tingginya harga pangan saat ini dapat semakin buruk menjadi krisis, tidak adanya pasokan pangan. Kelangkaan pupuk dapat mengakibatkan gagal panen di berbagai belahan dunia, 48 negara berkembang dengan tingkat kerawanan pangan tertinggi akan menghadapi kondisi yang sangat serius," ujar Jokowi dalam forum KTT G20 di Bali. 

"Selain itu, kita juga melihat tatanan dunia dan hukum internasional juga sedang diuji," tuturnya. 

Adapun, pupuk memegang peran vital di sektor pangan. Komoditas ini menjadi instrumen utama dalam produksi pertanian, baik kualitas maupun kuantitas. 

Kepala Negara memastikan kelangkaan pupuk mengakibatkan gagal panen atau menurunnya produktivitas, yang pada akhirnya membuat harga pangan naik 'gila-gilaan'. Di Indonesia, harga pupuk nonsubsidi sempat meroket 100 persen pada awal 2022 karena melonjaknya harga gas alam dunia, sebagai bahan baku utama dan sumber energi produksi pupuk. 

Pada pekan pertama Januari, harga pupuk urea per 50 kilogram (kg) tembus Rp500.000. Bahkan, di beberapa daerah naik dua kali lipat dari harga normal Rp265.000.

Padahal harga pupuk nonsubsidi jenis urea pada akhir 2020 masih di kisaran Rp265.000-Rp280.000 per 50 kg. Namun pada Oktober-November 2021 naik menjadi Rp380.000. 

Harga pupuk terus terkerek hingga mencapai Rp480.000-Rp500.000 pada Desember tahun yang sama. Di luar Jawa justru lebih mahal lagi, harganya tembus Rp600.000 per 50 kg.

Follow WhatsApp Channel vozpublica untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
vozpublica Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program vozpublica.id Network. Klik lebih lanjut