Ekonom Sebut Dukungan Pemerintah Diperlukan dalam Stabilitas Nilai Tukar Rupiah

"Dan masih banyak porsi-porsi lain seperti misalnya BUMN maksud saya, para usaha lain negara juga mempelopori penggunaan komponen-komponen dalam negeri, sekaligus untuk melakukan review terhadap pinjaman-pinjaman valuta asingnya, kapan jatuh temponya dan bagaimana strategi untuk pembunuhan kewajibannya," katanya.
Menurut Ryan, semua itu harus dihitung dalam landscape yang lebih besar sehingga ketika profil jatuh tempo utang-utang luar negeri itu sudah makin dekat, kita menyediakan kecukupan valuta asing, sehingga kita tidak lalai, tidak trader, dan kita diberikan value atau persetujuan yang positif.
"Semua ini harus berkesinambungan dan hands on hands antara central bank dengan pemerintah. Dan kalau ini bisa dibaikin oleh market, saya kira market akan memberikan reaksi atau respon yang positif, sekaligus mengeliminasi sentimen-sentimen negatif yang sekarang ini berkembang," ujar Ryan.
Adapun sentimen ini betul-betul di luar kontrol bank sentral maupun pemerintah. Dengan tentunya komunikasi-komunikasi yang positif dengan data-data yang baik seperti tadi, surplus-nya masih baik, kemudian cadangan devisanya masih bisa cover sampai 6,1 kebutuhan impor dan pembayaran utang luar negeri.
"Kemudian investasi asing maupun domestik yang melampaui target dan sebagainya, ini perlu terus dikomunikasikan sehingga pasar merasa nyaman atau merasa tenang bahwa setidaknya sampai hari ini, perkembangan ekonomi kita masih on the right track," tuturnya.
Editor: Aditya Pratama