Mengutip hasil survei yang dilakukan oleh ISDS dan Litbang Kompas, masyarakat Indonesia cenderung menganggap sengketa di Laut China Selatan sebagai masalah kedaulatan wilayah. Ancaman terhadap kedaulatan Indonesia di kawasan tersebut dianggap serius oleh sebagian besar responden, dengan mayoritas menganggap kehadiran China sebagai ancaman.
"Salah satu kunci dialog dengan China adalah melalui ASEAN. Indonesia, sebagai natural leader di ASEAN adalah motor penggerak di ASEAN yang selalu menghasilkan terobosan. Oleh karena itu, kita perlu memperkuat soliditas dan sentralitas ASEAN serta membangun posisi bersama ASEAN untuk isu Laut China Selatan," tuturnya.
Dalam menghadapi tantangan ini, ASEAN dianggap sebagai mitra yang paling cocok bagi Indonesia. Walaupun demikian, responden juga melihat potensi kerjasama dengan negara-negara di luar ASEAN seperti Amerika Serikat, China, Rusia, dan Uni Eropa.
Menanggapi isu ini, Dubes Berkuasa Penuh RI untuk Filipina Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo menekankan pentingnya diplomasi yang berkelanjutan dalam menangani konflik di Laut China Selatan. Diplomasi harus terus dilakukan hingga tercapai kesepakatan bersama, dengan ASEAN menjadi fokus utama bagi Indonesia dalam mengatasi permasalahan tersebut.
Agus juga menyoroti peran Bakamla dalam menjaga keamanan di Laut China Selatan, dengan menekankan pentingnya kerja sama dengan angkatan laut ASEAN untuk mengatasi konflik yang muncul.