JAKARTA, vozpublica.id - Daftar 20 peristiwa sejarah Indonesia yang penting diketahui. Peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi ini memiliki pengaruh besar dalam kemajuan bangsa Indonesia. Pengaruh-pengaruh tersebut dari sektor militer, diplomasi, politik, hingga sosial budaya.
Penting bagi kita mengetahui peristiwa sejarah Indonesia saat ini, setidaknya untuk mengenang jasa para pahlawan yang telah mengorbankan nyawa dan dedikasi mereka untuk kemerdekaan serta mempertahankannya.
Peristiwa pada Oktober 1740 ini menyebabkan lebih dari 10.000 warga Tionghoa dibantai oleh kompeni Belanda. Pembantaian tersebut terjadi karena orang-orang Tionghoa memiliki keahlian berdagang, ramah, taat peraturan. Keahlian tersebut membuat Belanda khawatir kaum Tionghoa bisa berbaur dengan warga pribumi.
Belanda merasa tersaingi dengan warga Tionghoa dalam sektor perdagangan. Pada saat itulah Kompeni Belanda mulai melakukan berbagai cara, salah satunya membantai warga Tionghoa.
Gubernur Jenderal Valckenier dianggap bertanggung jawab atas pembantaian di Batavia dan dijatuhi hukuman penjara di Kastil Batavia selama 9,5 tahun sebelum akhirnya meninggal dan dimakamkan tanpa upacara.
Peperangan yang dimulai pada 1803 ini berlatar belakang perebutan pengaruh agama dan budaya di Minangkabau, Sumatera Barat.
Sesuai namanya, perang ini melibatkan kaum Padri yakni umat Islam yang berperang melawan warga adat setempat. Delapan tokoh ulama yang dikenal sebagai Harimau Nan Salapan meminta Tuanku Lintau untuk mengajak kaum adat meninggalkan kebiasaan mereka yang bertentangan dengan ajaran agama Islam.
Namun, karena kaum adat tidak menyetujui permintaan tersebut, muncul konflik yang mendorong terjadinya pemberontakan antar-wilayah kerajaan Pagaruyung pada 1815.
Pada 1822 Kaum Padri dipukul mundur oleh pasukan Belanda yang dipimpin Letnan Kolonel Raaff. Namun, karena Kaum Padri memberikan perlawanan tangguh, Belanda pun menghadapi kesulitan.
Untuk itu, Belanda mengajak pemimpin Kaum Padri yakni Tuanku Imam Bonjol berdamai dengan membuat “Perjanjian Masang” pada 15 November 1825.
Tuanku Imam Bonjol juga merangkul kembali Kaum Adat dan membuat kesepakatan yang dikenal dengan "Sumpah Satie Bukik Marapalam" yang mewujudkan konsensus Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah yang bermakna Adat Minangkabau berlandaskan kepada agama Islam, sedangkan agama Islam berlandaskan kepada Alquran.
Peristiwa yang juga disebut dengan Perang Jawa ini dipimpin Pangeran Diponegoro. Lokasi pertempuran meliputi Jawa Tengah dan sebagian Jawa Timur dan berlangsung selama 5 tahun, yakni 1825 sampai 1830.
Perang ini sebenarnya hanya persoalan internal kerajaan. Tanpa sepengetahuan Diponegoro, Patih Danureja IV yang merupakan kaki tangan Belanda memerintahkan para pejabat Kesultanan Yogyakarta untuk membangun jalan.
Pembuatan jalan tersebut memasuki lahan Diponegoro sampai menggusur pemakaman milik keluarga Diponegoro. Mengetahui hal tersebut, Diponegoro murka dan langsung memerintahkan pegawainya untuk mencabut semua tiang yang melewati lahan miliknya.
Ditambahnya penindasan oleh Belanda terhadap rakyat yang meningkat menimbulkan dendam antara Diponegoro terhadap Belanda. Diponegoro berhasil memenangkan peperangan dengan Belanda.
Perang yang berada di bawah pimpinan Jenderal Hendrik Merkus de Kock merenggut sekitar 200.000 nyawa.