TEL AVIV, vozpublica.id - Ketegangan internal di pemerintahan Israel memuncak setelah kegagalan berulang militer dalam membebaskan para sandera dari cengkeraman Hamas di Jalur Gaza. Sejumlah politisi Israel dilaporkan mulai menghina dan merendahkan Pasukan Pertahanan Israel (IDF), memicu konflik terbuka antara kalangan militer dan pejabat politik.
Kepala Staf IDF, Eyal Zamir, dikabarkan berada di ambang pengunduran diri setelah frustrasi menghadapi situasi yang terus memburuk.
Surat kabar Yedioth Ahronoth melaporkan, Zamir mendapat tekanan besar dari berbagai pihak, termasuk kubu oposisi, untuk terus mendorong gencatan senjata dan negosiasi pembebasan sandera. Namun, perundingan terakhir di Doha, Qatar, kembali gagal mencapai kesepakatan.
Keretakan antara IDF dan pemerintah Israel kini kian terang. Sejumlah menteri kabinet bahkan dilaporkan secara terbuka mempertanyakan kemampuan IDF dalam mengeksekusi misi penyelamatan dan operasi di Gaza.
“Beberapa politisi secara terang-terangan menyalahkan militer dalam forum resmi, dengan nada meremehkan dan mempermalukan,” demikian laporan stasiun televisi Channel 12.
Sikap ini memperdalam jurang antara para jenderal dan pemimpin politik sipil, yang selama ini seharusnya saling menopang di tengah perang.
Semenyata itu Zamir disebut muak dengan dinamika politik yang tidak sehat, terutama karena dia dan militernya harus menanggung beban penuh kegagalan, sementara para pemimpin politik, khususnya Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, cenderung menghindari tanggung jawab.
Zamir mendesak pemerintah untuk mengambil keputusan yang jelas tentang arah perang di Gaza. Tanpa peta jalan politik, militer hanya jadi kambing hitam.