WASHINGTON, vozpublica.id – Pemerintah Amerika Serikat (AS) menanggapi isu kegagalan serangan terhadap fasilitas nuklir Iran dengan menegaskan bahwa bahan uranium milik Teheran kemungkinan besar terkubur jauh di bawah reruntuhan akibat dahsyatnya serangan udara. Serangan tersebut terjadi pada Minggu (22/6/2025) dan menyasar beberapa fasilitas bawah tanah, termasuk Fordow.
Juru Bicara Gedung Putih Karoline Leavitt menepis laporan yang menyebut Iran telah berhasil memindahkan uranium sebelum serangan.
“Saya bisa sampaikan kepada Anda, Amerika Serikat tidak memiliki indikasi bahwa uranium yang diperkaya itu dipindahkan sebelum serangan, seperti yang saya lihat juga dilaporkan secara keliru,” ujarnya, kepada Fox News, seperti dikutip Kamis (26/6/2025).
Leavitt menyebutkan, kemungkinan uranium-uranium tersebut terkubur dalam puing-puing di kedalaman beberapa kilometer akibat intensitas serangan udara AS. Hal ini menandakan bahwa upaya penggalian atau pemulihan akan sangat sulit dilakukan dalam waktu dekat.
Sebelumnya, sejumlah pejabat Israel mengklaim Iran berhasil memindahkan sekitar 400 kilogram uranium dari fasilitas Fordow dan lokasi lainnya sebelum serangan. Namun, pernyataan itu kini diragukan oleh pihak AS yang menilai informasi tersebut belum dapat diverifikasi.
Wakil Presiden AS JD Vance juga memberikan tanggapan, menyatakan bahwa pemerintahan Washington akan bekerja dalam beberapa pekan ke depan untuk menentukan tindakan terhadap bahan nuklir tersebut. “Kami akan bekerja dalam beberapa pekan mendatang untuk memastikan apa yang akan dilakukan dengan bahan bakar (nuklir/uranium) itu,” katanya kepada ABC News.