Palestina Siapkan Draf Resolusi PBB Usir Israel dari Gaza dan Tepi Barat dalam 6 Bulan

NEW YORK, vozpublica.id - Palestina membagikan draf resolusi PBB yang isinya mendesak Israel untuk angkat kaki dari Tepi Barat dan Jalur Gaza dalam 6 bulan. Kehadiran pasukan Zionis di kedua wilayah itu melanggar hukum internasional.

Draf resolusi Majelis Umum PBB itu dibuat berdasarkan putusan Mahkamah Internasional (ICJ) pada Juli yang menyatakan, kehadiran Israel di wilayah Palestina melanggar hukum sehingga harus diakhiri.

Baca Juga

20.000 Orang Yahudi AS Gabung Tentara Tunggal Israel, Bermotif Ideologis, tapi Hanya Dapat Janji Palsu

Mahkamah Internasional memutuskan Israel tidak memiliki hak atas kedaulatan atas wilayah tersebut dan melanggar hukum internasional karena merebut tanahnya dengan paksa. Selain itu pembangunan permukiman ilegal Israel di tanah itu juga harus dihentikan.

Sekjen PBB Antonio Guterres mengatakan kepada Associated Press,  Senin (9/9/2024), putusan Mahkamah Internasional harus diterima dan dilaksanakan.

Baca Juga

Trump Sebut Israel Bisa Lenyap dalam 2 Tahun jika Kamala Harris Menang Pilpres AS

Sementara terkait resolusi Majelis Umum yang diusulkan Palestina, dia menyerahkannya kepada 193 negara anggota PBB untuk membuat keputusan.

Draf resolusi tersebut, jika disetujui, tidak akan mengikat secara hukum namun mencerminkan opini dunia yang tak menginginkan kehadiran Israel di tanah Palestina. Berbeda dengan Dewan Keamanan PBB yang beranggotakan 15 negara tetap dan tidak tetap, tak ada hak veto di Majelis Umum.

Baca Juga

Yordania Peringatkan Israel, Usir Warga Palestina ke Wilayahnya Berarti Deklarasi Perang

Sementara itu seorang diplomat di Dewan Keamanan mengatakan, Palestina berharap pemungutan suara di Majelis Umum digelar sebelum pertemuan tahunan pada 22 September.

Duta Besar Israel untuk PBB Danny Danon meminta agar resolusi Palestina tersebut ditolak.

"Tidak ada yang akan menghentikan Israel atau menghalanginya dari misinya untuk membawa pulang para sandera dan melenyapkan Hamas," katanya.

Editor: Anton Suhartono