TEL AVIV, vozpublica.id – Kelompok militan Houthi di Yaman melancarkan serangan rudal balistik ke wilayah Tel Aviv pada Jumat malam. Sirene peringatan terdengar di berbagai penjuru kota, memicu kepanikan di tengah masyarakat.
Militer Israel menyatakan rudal tersebut kemungkinan hancur di udara setelah sistem pertahanan mereka dikerahkan. Meski demikian, juru bicara Houthi, Yahya Sari, mengklaim pihaknya melancarkan tiga operasi besar terhadap Israel. Serangan itu mencakup peluncuran rudal hipersonik "Palestine 2" yang diarahkan ke Bandara Ben Gurion, serta dua target lain di Ashkelon dan wilayah selatan Tel Aviv.
Tidak ada laporan korban jiwa akibat serangan tersebut. Namun, ketegangan terus meningkat seiring dengan langkah militer Israel yang mempercepat operasi penguasaan Gaza.
Trump Nyatakan Dukungan Penuh pada Israel
Di tengah situasi tersebut, Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali menyatakan dukungan penuh terhadap rencana Israel mengambil alih Gaza. Dalam pernyataannya, Trump menegaskan langkah militer itu penting meski menuai penolakan, terutama dari keluarga sandera.

Krisis Kepercayaan di Pentagon, Pejabat Intelijen dan Militer Berguguran di Era Trump
“Kalau bukan karena saya, banyak sandera kemungkinan besar sudah tewas saat ini. Saya bekerja sama dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan pejabat lainnya untuk memastikan mereka bisa diselamatkan. Situasi ini harus segera diakhiri. Ini adalah bentuk pemerasan, dan harus diakhiri,” ujar Trump.
Ia bahkan menilai operasi cepat Israel di Gaza akan memberikan keamanan lebih besar bagi para sandera. “Saya sebenarnya percaya mereka akan lebih aman jika Israel bergerak cepat dan benar-benar melakukan operasi tersebut,” tambahnya.

Ketika Trump Pamer Koleksi Topi Pribadi ke Presiden Zelensky dan Macron
PBB: Gaza Hadapi Bencana Kelaparan
Sementara itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengeluarkan peringatan keras terkait kondisi kemanusiaan di Gaza. Dalam laporan terbarunya, PBB menyatakan krisis pangan di Gaza telah mencapai fase 5 atau tingkat tertinggi dalam skala kerawanan pangan. Setidaknya 500 ribu warga Gaza disebut menghadapi ancaman kelaparan, kemiskinan ekstrem, hingga kematian.
“Kelaparan ini terjadi di depan mata kita semua. Dunia harus bertindak. Ini bukan sekadar krisis, tapi bencana yang dapat dicegah. Ini adalah kelaparan yang dipicu oleh kekejaman, dibenarkan dengan alasan balas dendam, didiamkan oleh ketidakpedulian, dan dibiarkan karena keterlibatan pihak-pihak tertentu. Dunia harus merasa malu dan bertindak lebih baik,” tegas pakar PBB dalam konferensi pers.
Mereka mendesak Israel membuka akses bantuan kemanusiaan, menghentikan serangan, dan mengizinkan distribusi pangan dalam skala besar.