Get vozpublica App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Read Next : Sejarah Baru: 4 Negara DK PBB Akui Palestina, Tinggal AS Menolak
Advertisement . Scroll to see content
Advertisement . Scroll to see content

GAZA, vozpublica.id  - Krisis kemanusiaan di Gaza mencapai titik paling mengkhawatirkan setelah blokade ketat yang dilakukan Israel selama lebih dari empat bulan. Tidak hanya memutus akses bantuan kemanusiaan, Israel juga dituding menjadikan kelaparan sebagai senjata dalam konflik, disertai serangan sistematis terhadap fasilitas kesehatan di wilayah yang terkepung.

Ratusan warga Gaza setiap hari mengantre makanan di dapur umum darurat di kawasan Al-Rima. Anak-anak, wanita, dan pria membawa ember serta panci kosong, berharap mendapatkan semangkuk sup hangat. Namun, banyak yang terpaksa pulang tanpa apa pun.

Tragedi kemanusiaan ini memuncak saat tentara Israel menembaki warga yang tengah mengantre bantuan makanan, menewaskan sedikitnya 86 orang. Serangan ini dianggap sebagai bagian dari strategi Israel untuk mengendalikan distribusi bantuan sekaligus menebar teror di tengah penderitaan rakyat sipil.

Data terbaru menunjukkan lebih dari 100 anak meninggal dunia akibat kelaparan akut, sementara sekitar 17.000 lainnya berada dalam kondisi gizi buruk dan terancam nyawa. Seorang anak berusia 14 tahun, Musap, hanya memiliki berat badan 10 kilogram, jauh dari standar normal.

Tak hanya kelaparan, Gaza juga menghadapi kehancuran sistem layanan kesehatan. Rumah Sakit Al-Sifa, pusat medis terbesar di wilayah itu, hampir lumpuh total akibat kekurangan bahan bakar dan pasokan medis. Lebih dari 600 serangan ke fasilitas kesehatan tercatat sejak Oktober 2023. WHO menggambarkan situasi ini sebagai "ambang kehancuran sistem kesehatan."

Follow WhatsApp Channel vozpublica untuk update berita terbaru setiap hari! Follow

Related News

iNews.id
vozpublica Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program vozpublica.id Network. Klik lebih lanjut