Bun, Jangan Anggap Remeh! Ini Gejala Cacingan pada Anak-Anak yang Sering Terabaikan

JAKARTA, vozpublica.id - Gejala cacingan pada anak-anak kembali menjadi perhatian publik setelah kasus meninggalnya Raya, bocah berusia delapan tahun di Sukabumi, Jawa Barat. Berdasarkan informasi yang beredar, Raya mengalami gizi buruk yang salah satunya dipicu oleh infeksi cacing usus.
Kasus ini menggambarkan betapa seriusnya masalah cacingan bila tidak ditangani dengan cepat, karena tidak hanya menurunkan kualitas hidup anak, tetapi juga dapat berujung pada kematian.
Anak-anak adalah kelompok yang paling rentan terhadap cacingan karena pola kebersihan yang masih rendah serta kebiasaan bermain di luar rumah. Tanpa mencuci tangan dengan benar, larva atau telur cacing bisa masuk ke tubuh melalui makanan, minuman, atau tangan yang kotor.
Menurut World Health Organization (WHO, 2020), lebih dari 267 juta anak usia prasekolah dan 568 juta anak usia sekolah di seluruh dunia berisiko mengalami infeksi cacing usus.
Ada beberapa jenis cacing yang kerap menginfeksi anak-anak:
Gejalanya bisa berbeda tergantung jenis cacing, tetapi tanda-tanda umum meliputi:
Gejala-gejala ini sering dianggap sepele atau dikira masalah gizi biasa, padahal bisa menjadi tanda infeksi cacing yang serius.
Infeksi cacing yang tidak diobati akan mengganggu penyerapan nutrisi. Akibatnya, anak bisa mengalami stunting, keterlambatan perkembangan kognitif, hingga kerentanan terhadap penyakit lain.
Penelitian yang dimuat dalam Journal of Parasitology Research (2019) menunjukkan bahwa anak dengan infeksi cacing usus berulang lebih berisiko mengalami anemia kronis dan gangguan tumbuh kembang dibanding anak sehat.
Kasus seperti yang menimpa Raya menunjukkan bahwa cacingan bukan penyakit ringan. Jika infeksi sudah parah, komplikasi seperti penyumbatan usus, malnutrisi berat, bahkan kematian bisa terjadi.
Indonesia termasuk negara dengan prevalensi tinggi kasus cacingan, terutama di daerah pedesaan dengan sanitasi buruk. Menurut data Kementerian Kesehatan RI (2022), prevalensi infeksi Soil-Transmitted Helminth (STH) pada anak usia sekolah masih berada di kisaran 20–30%. Hal ini dipicu oleh: