JAKARTA, vozpublica.id - Banyaknya brand baru dalam pameran GIIAS 2025 tidak hanya menyebabkan persaingan semakin ketat tapi juga terjadi perang harga. Fenomena ini menjadi perhatian serius pelaku industri otomotif di Tanah Air
Bagaimana tanggapan Hyundai menyikapi situasi ini? "Kalau yang jelas, kalau perang harga pasti berpengaruhnya bukan hanya di kendaran mobil baru. Di posisi kendaran mobil bekas, seperti yang kita tahu kan ada beberapa pedagang mobil bekas yang merasa stoknya akan menjadi under value dibandingkan dengan harga pada saat dia membeli," ujar Chief Operating Officer (COO) PT Hyundai Motor Indonesia (HMID) Fransiscus Soerjopranto di GIIAS 2024, Jumat (1/8/2025).
Frans menyatakan Hyundai tak akan masuk dalam perangkap tersebut. Perusahaan akan fokus memaksimalkan pelayanan kepada konsumen.
"Kami akan memainkan yang namanya services atau value sebagai bentuk pelayaan kami ke konsumen. Nah, itu yang kami akan tekankan, makanya kami memperkenalkannya dengan nama myHyundai Care," katanya.
Frans mengingatkan dampak dari perang harga. Kondisi eksternal dinosaurus ada dua. Pertama ada kebutuhan dari masyarakat terhadap kendaraan baru. Tapi jangan lupa yang namanya non-performing loan (NPL) itu masih tinggi.
Nah, non-performing loan ini yang menjadi dasar nanti pembiayaan. Padahal kalau di segmen bawah itu pembiayaannya kan harus kuat. Kalau pembiayaan ini approval rate-nya juga kecil, produk baru yang diperkenalkan belum tentu akan mendapatkan dana secara kredit.