Bicara soal dampak buruk paparan nikel, dr Dicky menerangkan bahwa dampak awal paling umum dari kontaminasi nikel yang terpapar melalui debu adalah gangguan saluran pernapasan dan reaksi alergi.
"Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) paparan nikel kronik ini bisa berpotensi menyebabkan peningkatan risiko kanker dan stres oksidatif, juga disfungsi sel beta pankreas yang dapat memicu risiko diabetes melitus tipe 2," ujar dr Dicky.
"Ini sangat amat mengkhawatirkan," tegasnya.
Kemudian, jika kadar kadmium ditemukan dalam kadar yang tinggi, ini dapat sangat beracun bagi ginjal, terutama bagi tubulus ginjal yang berfungsi menyaring dan menyerap zat-zat penting.
Sayangnya, Satya Bumi mendeteksi bahwa konsentrasi kadmium dalam urin masyarakat Kabaena berkisar antara 0,23 hingga 1,04 µg/g kreatinin dengan rata-rata 0,68 µg/g kreatinin.
Kelompok dengan kadar kadmium tertinggi di Kabaena adalah anak-anak yang menunjukkan kadar kadmium tertinggi. "Ini karena kebiasaan mereka berenang di pesisir," ungkap laporan Satya Bumi.
"Ya, anak-anak yang berenang di air laut terkontaminasi, bisa saja mengalami masalah kulit atau jika air terminum, maka terakumulasi di dalam tubuh dan ini menjadi jalur kronis paparan," ujar dr Dicky.
Tak hanya itu, adanya timbal di dalam tubuh bisa memicu masalah kesehatan, seperti hipertensi, gangguan ginjal, dan penyakit kardiovaskular. Bahkan, paparan timbal berkorelasi dengan penurunan IQ, gangguan perilaku, serta hambatan dalam perkembangan saraf dan kognitif anak-anak.