Bhima berpendapat bahwa keputusan AS lebih dipengaruhi oleh pertimbangan geopolitik, seperti afiliasi Indonesia dengan BRICS dan sikap tegas terhadap ekspor mineral daripada sekadar transaksi dagang.
Strategi negosiasi yang terlalu bergantung pada pembukaan keran impor produk migas AS hingga 15,5 miliar dolar AS dinilai CELIOS sebagai ancaman bagi defisit sektor migas jangka panjang.
Untuk itu, Bhima mendesak Prabowo untuk melakukan perombakan kabinet berdasarkan kompetensi dan ketegasan arah kebijakan. Koordinasi ekonomi dan diplomasi luar negeri memerlukan pemimpin profesional yang mampu memperkuat posisi Indonesia di tengah ketegangan geopolitik internasional.
“Ini bukan sekadar reshuffle, tapi penyelarasan ulang arah pemerintahan. Jika kabinet tetap diisi oleh figur-figur yang tidak mampu menjawab tantangan global, Indonesia akan semakin tertinggal dan kehilangan momentum,” ungkap Bhima.