WASHINGTON DC, vozpublica.id – Langkah anggota parlemen AS mengajukan Resolusi Graham-Blumenthal menuai reaksi keras dari Rusia. Resolusi itu berisi pertimbangan bagi Washington DC dalam menyikapi kemungkinan penggunaan senjata nuklir oleh Rusia dalam konflik Ukraina.
Duta Besar Rusia untuk AS, Anatoly Antonov mengatakan, resolusi itu tidak masuk akal dan berkontribusi pada peningkatan ketegangan antara Moskow dan Barat.
“Retorika provokatif dan picik dari anggota parlemen AS hanya berkontribusi pada eskalasi ketegangan dan meningkatkan risiko situasi meluncur ke garis yang bahkan lebih berbahaya,” ungkap Antonov dalam pernyataan persnya, Kamis (22/6/2023) waktu AS.
Antonov juga mengecam resolusi itu sebagai “inisiatif gila” oleh para senator AS yang mengidap Rusofobia (kebencian terhadap Rusia).
Diplomat Moskow itu mengatakan, pengerahan senjata nuklir taktis Rusia di Belarusia, belum lama ini, dilakukan atas dasar hukum. “Kami tidak melanggar satu pun kewajiban internasional dan telah melakukan apa yang telah dilakukan Amerika selama beberapa dekade, mengerahkan bom nuklir di wilayah sekutu Eropanya,” kata Antonov.
Pada pertengahan bulan ini, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, Moskow telah menempatkan bagian pertama hulu ledak nuklir ke Belarusia. Selanjutnya, Rusia akan merampungkan tugas memindahkan senjata nuklir taktis sepenuhnya ke negara tetangganya tersebut pada akhir tahun ini.
Putin mengatakan, pengerahan senjata nuklir ke Belarusia itu sebagai bagian dari tindakan pencegahan dan sinyal bagi para pihak yang memusuhi Rusia dan berniat untuk menimbulkan kekalahan strategis di pihak Moskow.
Sebelumnya, Senator AS Lindsey Graham dari Partai Republik, bersama Senator Richard Blumenthal dari Partai Demokrat, mengajukan resolusi baru terkait konflik Ukraina. Resolusi itu berisi pertimbangan bagi Washington DC untuk menganggap penggunaan senjata nuklir oleh Rusia di Ukraina sebagai serangan terhadap aliansi NATO.