WASHINGTON, vozpublica.id - Pemerintah Amerika Serikat (AS) menuding keputusan Prancis untuk mengakui negara Palestina sebagai salah satu penyebab gagalnya gencatan senjata di Gaza.
Menteri Luar Negeri (Menlu) AS Marco Rubio mengaitkan langsung langkah Presiden Emmanuel Macron tersebut dengan mandeknya perundingan damai antara Israel dan Hamas.
Rubio, yang menggunakan narasi senada dengan pemerintah Israel, menyebut pengakuan Palestina oleh Prancis justru menjadi “pemecut semangat” bagi Hamas untuk melanjutkan perlawanan bersenjata. Menurut dia, keputusan Macron yang diumumkan pada Sidang Umum PBB September mendatang telah memberi sinyal salah kepada kelompok yang menguasai Jalur Gaza itu.
“Perundingan dengan Hamas gagal pada hari Macron membuat keputusan sepihak bahwa dia akan mengakui negara Palestina,” kata Rubio, dalam wawancara dengan Eternal Word Television Network, seperti dilaporkan RT.
Dia lalu berandai-andai, jika berada di pihak Hamas, maka pilihan logis adalah menolak gencatan senjata.
“Jangan sepakati gencatan senjata, kita bisa diberi imbalan, kita bisa mengklaimnya sebagai kemenangan,” ujarnya.
Langkah Prancis Bikin Terkejut AS dan Israel
Pengumuman Macron menjadikan Prancis negara G7 pertama yang akan secara resmi mengakui negara Palestina. Langkah ini sontak mengejutkan Israel dan sekutu terdekatnya, termasuk Amerika Serikat.
Tak hanya itu, beberapa negara lain seperti Inggris, Kanada, dan Australia mengikuti jejak Paris dalam memberikan pengakuan diplomatik terhadap Palestina.
Bagi Israel dan AS, dukungan internasional semacam ini dinilai akan menguatkan posisi Hamas dalam perundingan, sementara Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu secara terbuka menolak penghentian perang di Gaza.