JAKARTA, vozpublica.id — Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan kondisi perekonomian global saat ini menunjukkan arah yang lebih baik dibanding beberapa tahun sebelumnya. Ia menilai, bila sebelumnya banyak pihak dihantui ketidakpastian, kini saatnya Indonesia lebih percaya diri memanfaatkan momentum pemulihan.
“Inilah environment global yang kita hadapi ke depan. Kalau kemarin-kemarin kita takut, sekarang harusnya berani,” ujar Purbaya dalam pemaparannya.
Menurutnya, aktivitas manufaktur dunia mulai ekspansif kembali. Wilayah Eropa untuk pertama kalinya sejak pertengahan 2022 mencatat pertumbuhan positif, sementara sebagian besar negara G20 dan ASEAN 6 menunjukkan perbaikan. Indonesia pun turut mengalami penguatan, terlihat dari Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur yang kembali berada di atas level 50.
Purbaya menekankan tren ini memberi peluang besar bagi Indonesia, apalagi ditopang kondisi domestik yang solid. Konsumsi rumah tangga tetap tumbuh, ekspor meningkat berkat hilirisasi mineral, dan investasi menunjukkan kenaikan signifikan. “Penurunan suku bunga global juga akan menjadi stimulus tambahan bagi pemulihan ekonomi, termasuk bagi negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Jepang, Korea, hingga Indonesia,” katanya.
Dari sisi stabilitas, inflasi Indonesia terjaga di level 2,3 persen — rentang ideal menurut konsensus global. Menkeu menilai capaian tersebut menjaga daya beli masyarakat di tengah tantangan eksternal.
Ia juga menyinggung pertumbuhan ekonomi kuartal II 2025 yang tercatat 5,12 persen, ditopang oleh manufaktur dengan pertumbuhan 5,68 persen, tertinggi sejak 2022. Namun, distribusi pertumbuhan masih belum merata, terutama di kawasan Bali, Nusa Tenggara, dan Papua, yang akan menjadi fokus pemerintah ke depan.
“Global tidak seburuk yang ditakutkan selama ini. Mereka mulai recover, dan Indonesia harus berani mengambil peluang ini,” pungkasnya.