JAKARTA, vozpublica.id - Bank Indonesia (BI) resmi menerbitkan Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Agustus 2023. SRBI bertujuan mengelola kurva imbal hasil (yield) obligasi Indonesia, sehingga dapat meningkat dari level saat ini.
Ekonom PT Bank Permata Tbk (BNLI), Josua Pardede, mengatakan kebijakan BI untuk menerbitkan SRBI dapat mendorong minat masuknya investor asing di tanah air dan dapat mendukung cadangan devisa.
"Ini menarik minat investor, terutama investor asing untuk masuk ke obligasi jangka pendek. Kebijakan ini dalam rangka mendukung cadangan devisa," kata Josua kepada MNC Portal Indonesia (MPI), Jumat (25/8/2023).
Sebelumnya, Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers Kamis (24/8) menuturkan SRBI dapat berguna sebagai instrumen operasi moneter. Bagi Perry, upaya ini dapat mendukung aliran masuk modal asing dalam bentuk portofolio dan optimaliasi aset Surat Berharga Negara (SBN).
SRBI akan mulai diimplementasikan pada 15 September 2023/ Pada tahap awal, SRBI akan diterbitkan pada tenor 6, 9 dan 12 bulan (setelmen T+0) dengan jadwal dan hasil lelang yang akan diumumkan di website BI.
Josua menilai pemerintah masih menjaga cadangan devisa saat ini. Ia memperkirakan pemerintah belum akan menerbitkan obligasi global (global bond) dengan mempertimbangkan kondisi neraca APBN per Juli 2023 yang masih mencatat surplus 0.72 persen dari PDB.
"Dengan cadangan devisa yang meningkat, penerbitan SRBI dapat mendukung nilai tukar Rupiah di tengah kenaikan imbal hasil UST dan tren penguatan dolar AS," tutur Joshua.