Untuk menjaga ketersediaan, Pupuk Indonesia mengoptimalkan teknologi. Pupuk Indonesia mengimplementasikan digitalisasi semua kios yang ada, salah satunya dengan aplikasi i-Pubers. Dengan digitalisasi ini, petani yang datang ke kios bisa tahu berapa alokasi mereka didapatkan. Tercatat juga berapa pupuk yang sudah mereka tebus, dan juga sisa alokasi yang masih bisa mereka tebus.
Ketika pupuk bersubsidi itu ditebus petani, Pupuk Indonesia melalui command center juga bisa meng-capture data seluruh Indonesia secara real time. Data yang di-capture bukan hanya data numerik saja tapi juga visualnya.
“Kita bisa memastikan bahwa pupuk itu ada dan sudah bisa ditebus oleh petani yang berhak. Itulah salah satu peran penting menjaga availability, tidak saja di gudang-gudang pabrik, tapi juga kita pastikan seluruh stok itu sudah tersebar di seluruh wilayah melalui jaringan penjualan kita,” kata Rahmad.
Dia menjelaskan, untuk menjaga ketersediaan pupuk bersubsidi, pemerintah juga telah banyak menyederhanakan regulasi melalui Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 6 Tahun 2025. Tantangan sebelumnya, meski stok pupuk bersubsidi penuh di gudang-gudang, tapi regulasinya tidak memungkinkan untuk disalurkan karena aturannya berlapis.