Perang Harga Bakal Pecah di GIIAS 2025, APM Pantau Strategi Brand Otomotif China

Sampai kapan perang harga akan terjadi? Tan Kim Piauw menilai tergantung pada kebijakan dari brand tersebut. "Saya pribadi sulit ini (prediksi) kalau persaingan dari principal. Kalau ini pertarungan dari APM atau distributor saya yakin ada batasannya. Tapi kalau principal kita tidak tahu sampai kapan," ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita meminta produsen bisa menekan harga mobil, bahkan menurunkannya agar daya beli terjaga. Tahun lalu, penjualan mobil turun hingga 13,9 persen dibandingkan pencapaian pada 2024.
Ini memberikan dampak besar pada berbagai sektor, diharapkan penjualan mobil bisa pulih pada tahun ini. Harga kendaraan bermotor saat ini semakin tinggi akibat adanya PPN 12 persen dan opsen pajak. Ini dikhawatirkan bakal membuat masyarakat enggan membeli kendaraan baru karena lebih mementingkan kebutuhan pokok.
"Tentu pemerintah sebagai kunci untuk bisa membantu rebound-nya industri otomotif. Tetapi juga stakeholders lainnya, saya berharap bisa muncul sense of urgency dengan mengeluarkan kebijakan-kebijakan baru. Misalnya, ini bukan arahan, misalnya, sacrifice margin atau turunkan harga jual. Ini misalnya, ya. Silakan pelajari masing-masing perusahaan," ujar Agus Gumiwang kepada wartawan, beberapa waktu lalu.
Kini, sejumlah merek China mulai gencar menurunkan harga mobil, antara lain MG Motors, BAIC, Chery, Wuling, dan lainnya. Penurunan harga juga dilakukan hingga puluhan juta rupiah dengan fitur yang serupa.
Terbaru, ada Chery yang menurunkan harga C5 dan E5, yang sebelumnya dijual dengan nama Omoda 5 dan Omoda E5. Mereka menurunkan harga mulai Rp50 juta hingga Rp100 juta dengan penyegaran fitur.