Rusia Sanggup Perang Panjang Lawan Ukraina meski Dijatuhi Sanksi, Ini Rahasianya

VILINUS, vozpublica.id - Rusia diyakini masih bisa bertempur setidaknya 2 tahun melawan Ukaraina meski dijatuhi sanksi bertubi-tubi oleh negara Barat. Ini karena Rusia masih memiliki sumber daya yang memadai, termasuk keuntungan dari bisnis energi, termasuk minyak.
Laporan badan-badan intelijen Lithuania, Kamis (7/3/2024), mengungkap Rusia telah mempelajari situasi ini sehingga bisa mencari solusi untuk bisa bertahan meski diasingkan dari kancah internasional. Laporan tersebut berasal dari dua lembaga intelijen Lithuania yakni Departemen Keamanan Negara serta Badan Intelijen dan Keamanan Pertahanan yang dikelola Kementerian Pertahanan Nasional.
“Moskow bisa mengevaluasi pelajaran serta meningkatkan efektivitas tempurnya”, demikian bunyi laporan bersama, seperti dikutip dari Reuters.
Badan-badan juga mengungkap, intelijen Rusia mendorong upaya untuk menghindari sanksi terhadap industri pertahanan setelah menginvasi Ukraina. Disebutkan, Rusia sejauh ini hanya diketahui menerima pasokan senjata dan amunisi dari Iran dan Korea Utara, namun China merupakan pemasok microchip terbesar. Bukan hanya itu, Rusia menggunakan mata uang yuan sebagai alat pembayaran utama bagi transaksi internasional Rusia.
Lebih lanjut laporan intelijen Lithuania juga mengungkap, Rusia memanfaatkan Belarusia sebagai negara untuk meningkatkan keamanan nasionalnya. sebagaimana diketahui Rusia mengerahkan hulu ledak nuklir di Belarusia pada 2023 serta terus membangun infrastruktur militer di sana.