SURIN, vozpublica.id - Perbatasan Thailand dan Kamboja kembali memanas. Bentrokan bersenjata pecah antara pasukan militer kedua negara di wilayah sengketa, menewaskan sedikitnya 12 orang dan memaksa puluhan ribu warga sipil mengungsi.
Ketegangan terbaru pecah di sepanjang perbatasan Provinsi Surin (Thailand) dan Odar Meanchey (Kamboja), menyusul aksi saling serang dengan roket dan artileri berat. Militer Kamboja diketahui meluncurkan rudal RM70 dari wilayah pertanian warga, sementara Thailand membalas lewat unit artileri dan konvoi kendaraan tempur.
Tak hanya kerusakan fisik, dampak konflik juga menyasar masyarakat sipil. Rumah-rumah warga di Ubon Ratchathani dan Sisaket porak poranda, anak-anak terpaksa dievakuasi, dan semua jalur lintas perbatasan ditutup setelah lima tentara Thailand terluka akibat ranjau darat.
Situasi serupa terjadi di Distrik Bhante Ampil, Kamboja, di mana warga meninggalkan rumah mereka secara massal. Mereka mengungsi menggunakan traktor pertanian untuk mencari tempat aman dari pertempuran yang makin intens.

Update Konflik Thailand-Kamboja: 14 Orang Tewas, 100.000 Lebih Mengungsi
Konflik yang kembali meletus ini dipicu oleh sengketa wilayah di sekitar kompleks Candi Kuno Prasat Preah Vihear sebuah area yang telah lama menjadi sumber ketegangan antara Thailand dan Kamboja selama hampir satu abad.
Pemerintah Kamboja menuduh jet tempur Thailand menjatuhkan bom di dekat kawasan cagar budaya tersebut, sementara Thailand menyatakan siap meningkatkan aksi militer jika serangan berlanjut. Sedikitnya enam titik perbatasan dilaporkan menjadi lokasi bentrokan aktif.

Deretan Konflik Bersenjata Thailand-Kamboja: Sengketa Berdarah yang Tak Kunjung Usai
Sebagai imbasnya, hubungan diplomatik kedua negara memburuk drastis. Thailand menutup seluruh perbatasan dengan Kamboja, sementara pemerintah Kamboja memutus hubungan diplomatik, mengusir duta besar Thailand, dan menarik seluruh staf kedutaan dari Phnom Penh.