JAKARTA, vozpublica.id - Lesotho mengumumkan status darurat bencana selama dua tahun setelah terkena dampak kebijakan tarif 50 persen dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Meski kebijakan belum berlaku hingga 1 Agustus 2025, gelombang krisis ekonomi sudah melanda negara itu dengan melonjaknya agka pengangguran hingga 30 persen.
Wakil Perdana Menteri Lesotho, Nthomeng Majara, saat mengumumkan kebijakan tersebut, Rabu (9/7/2025) mengatakan, selama masa darurat hingga 30 Juni 2027, pemerintah akan memberlakukan berbagai langkah pemulihan untuk meredam ledakan pengangguran, termasuk reformasi ekonomi. Sektor tekstil, yang paling terdampak, menyerap 40.000 pekerja dan menjadi tulang punggung ekspor Lesotho ke AS.
Tarif sebesar 50 persen dari AS sangat menghantam Lesotho yang bergantung pada pasar Amerika. Ekspor ke AS menyumbang lebih dari 10 persen Produk Domestik Bruto (PDB) Lesotho. Pada 2023, Lesotho mengekspor barang senilai 228 juta dolar ke AS, sementara impor dari AS hanya di bawah 8 juta dolar. Ketidakseimbangan ini menjadi alasan Trump mengenakan tarif resiprokal.
Trump sebelumnya pada Maret lalu menyebut Lesotho sebagai negara yang belum pernah didengar siapa pun saat mengumumkan pemotongan bantuan luar negeri dari USAID. Negara itu mendapat bantuan sebesar 8 juta dolar AS setiap tahun dari USAID.
Editor: Maria Christina