Timur Tengah Makin Memanas, Bagaimana Dampaknya ke Indonesia?

JAKARTA, vozpublica.id - Konflik yang kembali memanas di Timur Tengah tidak hanya memberikan dampak buruk bagi negara yang berselisih, tapi juga secara global termasuk Indonesia. Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Esther Sri Astuti menyebut bahwa hal tersebut diprediksi melambungkan harga komoditas energi minyak bumi.
Pasalnya, Iran merupakan negara produsen minyak bumi terbesar ke-9 di dunia dengan produksi mencapai 3,4 juta barel per hari.
Selain itu, fenomena ini diperparah mengingat volume impor minyak bumi Indonesia sangat tinggi, di mana berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) realisasi impor minyak dan gas bumi Indonesia selama periode Januari-Maret 2024 saja mencapai 9 miliar dolar AS atau Rp148 triliun.
Untuk diketahui, impor migas pada kuartal pertama 2024 terdiri dari minyak mentah 2,4 miliar dolar AS dan impor hasil minyak sebesar 6,6 miliar dolar AS. Angka ini disebut BPS naik 8,13 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun 2023 lalu yang sebesar 8,33 miliar dolar AS atau setara Rp126 triliun.
Dengan kenaikan harga minyak akibat konflik Timur Tengah, Esther mengungkap ada potensi terjadi kenaikan biaya logistik yang mendorong kenaikan biaya komoditas lainnya. Dirinya bahkan mewanti akan adanya ancaman inflasi.
"Biaya logistik meningkat, jumlah ketersediaan minyak menurun. Harga minyak cenderung meningkat. Kenaikan harga minyak mendorong kenaikan biaya transportasi dan harga barang umum lainnya sehingga terjadi inflasi," ujar Esther, Rabu (2/10/2024).