Kampanye Prabowo dan Konektivitas Budaya dalam Landscape Marketing di Indonesia

JAKARTA, vozpublica.id - Kampanye marketing yang sangat berhasil baru-baru ini berhasil mengunggulkan salah satu kandidat presiden, Prabowo Subianto. Beliau memimpin secara besar-besaran pada pemilu 2024 merupakan kisah sukses yang luar biasa.
Pada kampanye presiden tahun ini, tim sukses Prabowo menggambarkan mantan jenderal tersebut sebagai sosok kakek yang menawan, menggunakan kecerdasan buatan (AI) untuk menciptakan persona digital yang dipenuhi dengan atribut berjiwa muda dan kekanak-kanakan yang akrab dengan sapaan ‘gemoy’ yang artinya adalah 'gemas asoy'.
Strategi yang sengaja dilakukan untuk melunakkan citra Prabowo di mata publik ini secara efektif mengalihkan perhatian dari kepribadiannya yang tangguh di masa lalu. Khususnya, terlepas dari tindakan kontroversial apa pun yang mungkin dilakukan oleh seseorang di masa mudanya, figure seorang kakek yang diangkat berfungsi untuk memanusiakan karakter Prabowo di mata masyarakat Indonesia.
Selain itu, kampanyenya dengan cerdik memanfaatkan budaya hormat dan sopan santun yang sudah tertanam dalam masyarakat Indonesia. Tim Prabowo dengan cerdik mengubah setiap kritik dan serangan terhadapnya sebagai penghinaan terhadap nilai kesopanan yang dijunjung tinggi ini.
Akibatnya, alih-alih meneliti tindakan-tindakan Prabowo di masa lalu, masyarakat malah berempati terhadapnya dan menganggap kritik-kritik tersebut tidak sopan dan tidak pantas. Manuver strategis ini tidak hanya melindungi Prabowo dari persepsi negatif, namun juga menumbuhkan rasa simpati dan solidaritas masyarakat.
Kampanye Prabowo pada tahun 2024 menggarisbawahi pentingnya mengeksplorasi dimensi emik atau budaya yang melekat dalam upaya pemasaran. Dengan menyelaraskan strategi pemasaran dengan nilai-nilai dan sentimen budaya yang sudah mendarah daging, entitas bisnis dan politik dapat menjalin hubungan otentik dengan audiens target mereka, sehingga meningkatkan efektivitas dan resonansi pesan mereka.
Dalam arena bisnis global yang dinamis, kesuksesan tidak hanya sekedar menyediakan produk atau layanan berkualitas tinggi, namun kesuksesan bergantung pada pembentukan hubungan yang erat dengan konsumen. Prinsip ini paling jelas terlihat di landscape bisnis Indonesia yang dinamis, di mana seluk-beluk budaya sangat mempengaruhi perilaku dan preferensi konsumen.
Dalam ekonomi di Asia Tenggara, Indonesia menawarkan banyak sekali peluang bagi dunia usaha yang ingin melakukan ekspansi. Namun, untuk menembus pasar yang beragam ini memerlukan pemahaman mendalam tentang kekayaan budaya negara ini. Dengan 17.000 pulau dan beragam kelompok etnis, Indonesia mewujudkan mosaik tradisi, kepercayaan, dan nilai-nilai.