Berawal dari Hobi, Pria Ini Sukses Ternak Burung Murai, Harganya Capai Ratusan Juta

JAKARTA, vozpublica.id - Catur, pemilik De'Acar Bird Farm, sebuah penangkaran murai batu warna yang berlokasi Depok, Jawa Barat, memiliki semua jenis burung murai langka. Bisnis murai batu warna tersebut dimulai dari hobi mengkoleksi burung kicau tersebut.
Namun, tak sebatas hobi saja, dia melihat murai batu warna menjadi lini usaha yang menjanjikan bagi ekonomi keluarganya.
Dengan cara beternak, Catur berhasil mengumpulkan jenis murai batu warna seperti, Zombie, Golden Shama, Black Shama, Golden Panda, Panda, Supak, dan lainnya. Jenis ekor panjang dan blorok juga ada di penangkaran miliknya.
Tidak tanggung-tanggung, murai batu warna yang ditawar di pasar pun bernilai fantastis, tergantung jenis dan usia burungnya.
"Nah, yang saya ternak ini batu warna yang tidak perlu kita punya prestasi, tapi harga sudah naik, sudah tinggi karena dari sisi warnanya itu langka," ujar Catur dikutip dari YouTube JagaLilin, Minggu (27/8/2023).
Dia mencontohkan, untuk jenis anak murai Panda yang baru berusia 1-2 bulan harganya dipatok Rp45 juta. Namun, harganya merangkak hingga Rp70 juta jika anak murai panda mulai mandiri atau usianya lebih dari dua bulan.
Nilai jual murai terus naik hingga mencapai Rp100 juta pada saat jenis burung kicau ini memasuki usia dewasa.
"Untuk harganya pun, untuk murai Panda, untuk anakan, baru netes itu bisa Rp45 juta, tapi sudah berjalan satu, dua bulan sudah mulai mandiri itu antara Rp50-Rp70 juta, itu anakannya. Kalau murai batu panda dewasa itu bisa di angka Rp100 juta ke atas," tuturnya.
Tak hanya itu, harga murai batu warna dengan jenis Golden Shama hingga Zombie juga berbeda. Untuk anak murai Golden Shama dipatok sebesar Rp30-Rp50 juta.
Selain harga burung yang sangat mahal dan permintaan pasar yang tinggi, Catur memandang belum ada peternak yang mengoleksi semua jenis murai batu. Hingga pada 2019 lalu Catur memulai usahanya sebagai peternak murai batu warna.
"Di tahun 2017, saya usaha jasa bangun rumah dan renovasi dan mengalami kolaps, setelah itu baru saya mencoba di burung, khususnya di murai batu warna," katanya.
Pada saat itu, dia dan rekan sesama pencinta murai batu warna membentuk De’Acar, kepanjangan nama-nama timnya Depok, Amin Catur, Aris dan Rohiman.
Masing-masing personil tersebut juga memiliki penangkaran sendiri-sendiri dengan nama berbeda, namun tetap dibawah bendera De Acar, yang bermarkas di Tapos, Depok.
"Kenapa saya memilih beternak murai batu warna karena salah satunya hobi dan hobinya ini dari sisi ekonomi murai batu warna ini bagus gitu, jadi bukan hanya sekadar hobi, tapi bisa meningkatkan ekonomi kita, seperti itu," katanya.
Di awal usahanya, Catur harus merogoh kocek sebesar Rp8 miliar untuk modal awalnya. Dana sebesar itu dia alokasikan untuk membeli semua jenis murai batu warna.
Catur mengaku untuk busa mendapatkan Murai Zombie berprestasi, dia harus mengeluarkan dana sebesar Rp2 miliar. Ada juga murai jenis Black Shama yang dibelinya seharga Rp100 juta.
Meski kocek yang dirogoh cukup tebal, selama dua tahun perjalan bisnis itu mulai membuahkan hasil.
"Ya modal awal saya mengeluarkan memang banyak, kantongnya tebal, sekitar Rp8 miliar untuk semua murai batu warna ini, tapi dalam perjalanan itu ga sampai dua tahun saya sudah balik modal, beternak batu warna ini," ucapnya.
Editor: Aditya Pratama