Namun fakta mencengangkan baru terungkap setelah proses autopsi selesai dilakukan. Dokter forensik RSUD Bali Mandara, Ida Bagus Alit, memastikan kematian Juliana bukan karena hipotermia atau kelelahan seperti dugaan awal, melainkan akibat benturan brutal yang langsung merenggut nyawanya.
“Penyebab kematian adalah luka berat akibat kekerasan benda tumpul. Luka paling fatal berada di bagian punggung, menyebabkan pendarahan dalam yang sangat hebat,” kata Alit, Jumat (27/6/2025).
Dia memperkirakan, nyawa Juliana melayang tak lebih dari 20 menit setelah jatuh ke jurang. Luka yang ditemukan berupa lecet, lebam, dan trauma keras—bukti bahwa tubuhnya menghantam benda keras saat terjatuh.
“Tidak ditemukan tanda khas hipotermia seperti warna kehitaman di ujung jari. Bola mata pun tidak bisa diperiksa karena kondisi jenazah sudah lama. Jadi, penyebab langsung adalah benturan hebat, bukan kekurangan makanan atau suhu dingin,” ujarnya.