"Bermuara pada kekumuhan ekstrem ada yang mirip pengungsian, beda jauh dengan Sudirman Thamrin yang kinclong yang sering dicitrakan. Aslinya itu mayoritasnya adalah ini, air susah, polusi kalau saat kemarau, banjir kalau saat hujan sampah leleran di mana-mana," kata Kang Emil.
Untuk itu, ia berinisiasi untuk membangun hunian vertikal, mosalnya di atas lahan pasar hingga stasiun.
"Oleh karena itu peran negara harus hadir untuk mereka kita menyiapkan yang namanya program-program renovasi rumah. Dulu saya lakukan 20 juta mungkin di Jakarta karena mahal Rp50 sampai Rp100 juta per rumah. Hunian vertikal buat Gen Z punya mimpi bisa di Jakarta Pusat lahan-lahan di atas pasar, ToD di stasiun, lahan-lahan di jalan, maupun di tengah sungai juga bisa kita inovasikan," ujar RK.