Dody menambahkan, pada periode 2015-2024 telah selesai dibangun 53 bendungan dengan pemanfaatan layanan irigasi tersebar di 67 Daerah Irigasi (DI), terdiri dari 7 Daerah Irigasi melalui pembangunan saluran dari outlet bendungan ke sistem irigasinya seperti DI Baro Raya, DI Tugu Sistem, DI Tukul, DI Budong-Budong, DI Way Apu Sistem, DI Pidekso, dan DI Rababaka Kompleks (DI Tanju-DI Rababaka).
Pemanfaatan irigasi dari bendungan sisanya tersebar di 60 Daerah Irigasi melalui pembangunan/rehabilitasi/peningkatan lanjutan di dalam sistem irigasi di antaranya DI Krueng Pase di Aceh, DI Bandar Sidoras di Sumut, DI Komering di Sumsel, DI Rentang di Jabar, DI Gondang di Jateng, DI Bendo di Jatim, DI Lolak Atas di Sulut, DI Gilireng di Sulsel, dan DI Rotiklot di Nusa Tenggara Timur.
"Keberadaan 53 bendungan selesai ditargetkan dapat menyuplai air irigasi hingga 310.170 hektare lahan pertanian. Dengan integrasi pembangunan bendungan dan jaringan irigasi ini, diharapkan petani tidak lagi bergantung pada tadah hujan," kata dia.
Ketersediaan air yang lebih pasti akan mendorong peningkatan intensitas tanam, dari luas tanam semula 502.403 ha menjadi 798.263 ha dengan rata-rata panen satu kali per tahun menjadi dua hingga tiga kali.
Hal ini bukan hanya meningkatkan produktivitas pertanian, tetapi juga memperkuat ketahanan pangan nasional sekaligus mendukung kesejahteraan petani di berbagai wilayah melalui peningkatan produktivitas pertanian dari 3.122.418 ton/ha menjadi 4.789.582 ton/ha.