JAKARTA, vozpublica.id - Tiga contoh cerpen singkat beserta unsur intrinsiknya akan dibahas dalam artikel ini. Cerpen merupakan singkatan dari cerita pendek, cerpen merupakan jenis karya sastra yang isinya singkat dan padat, serta tokoh dan latar ceritanya pun sangat terbatas, namun mengandung pesan moral di dalamnya.
Unsur intrinsik adalah unsur yang membangun sebuah cerpen dan harua ada dalam sebuah cerpen. Unsur- unsur instrinsik cerpen terdiri dari tema, tokoh atau penokohan, alur cerita, latar, gaya bahasa, sudut pandang, dan amanat.
Untuk lebih memahami seperti apa cerpen dan unsur intrinsiknya, mari simak tiga contoh cerpen singkat beserta unsur intrinsiknya, yang dikutip dari berbagai sumber, Senin (4/9/2023).
Dalam waktu belakangan ini, aku sangat bingung dalam mencari pekerjaan. Berkas lamaran kerja yang telah aku masukkan ke beberapa perusahaan, masih belum membuahkan hasil yang kuinginkan.
Hari-hariku menjadi terasa hambar, tiap hari kegiatan yang kulakukan hanyalah luntang lantung tidak jelas. Setiap hari aku merasa kebingungan, ingin mencoba membuka usaha, tetapi modal belum ada.
Di suatu pagi yang cerah, aku berjanjian dengan teman lamaku untuk menceritakan mengenai permasalahan yang kualami ini. Saat aku sedang berada dalam perjalanan untuk ke rumah temanku, samar-samar aku melihat dompet berwarna cokelat yang tergeletak di samping jalan, tepatnya di trotoar.
Karena tingginya rasa penasaran, aku pun mencoba untuk memastikannya dan ternyata memang benar bahwa itu adalah sebuah dompet berwarna cokelat. Lalu, aku pun membuka isi dari dompet tersebut.
Alangkah terkejutnya diriku ketika mendapati bahwa dompet tersebut berisikan KTP, SIM, surat-surat penting, kartu kredit, kartu ATM, dan uang yang berjumlah lumayan banyak. “Wah, alhamdulillah. Rejeki nih,” ujarku dalam hati.
Walau demikian, aku berubah pikiran dan memiliki inisiatif untuk mengembalikan dompet tersebut ke alamat pemilik yang ada di KTP tersebut. Setelah itu, aku pun melanjutkan perjalanan ke rumah temanku, lalu menceritakan seluruh permasalahan dalam hidupku.
Setelah semua urusan dengan temanku selesai, aku langsung berangkat untuk menuju ke alamat yang tertera di dalam KTP tersebut untuk mengembalikan dompet cokelat ini.
Aku pun mencari-cari alamat dan nama dari pemilik dompet yang sesuai dengan KTP.
Setelah sampai dengan alamat yang tertera di dalam KTP, aku pun memberanikan diri untuk mengetuk dan bertanya ke orang yang berada di dalam
“Permisi pak. Mohon maaf, ingin bertanya. Apa benar ini rumahnya Pak Aan?,” tanyaku pada orang yang berada di halaman rumah itu.
“Iya benar, mas. Anda siapa? Dan sekiranya ada keperluan apa?,” jawab bapak paruh baya yang sepertiny adalah tukang kebun sembari menimpali pertanyaan untukku.
“Oh perkenalkan, saya Galih, saya ingin bertemu dengan Bapak Handy, saya memiliki urusan yang sangat penting dengan beliau,” jawabku setelah memperkenalkan diri.
Kebetulan sekali, ternyata Pak Aan berada di rumah dan aku diminta untuk masuk ke dalam ruang tamu. Lalu aku pun duduk sembari sedikit mengagumi keindahan rumahnya. Setelah bertemu dengan Pak Aan, aku mengatakan maksud serta tujuanku sambil menyerahkan dompet cokelat yang aku temukan di jalan lengkap dengan semua isinya.
Karena penasaran denganku, beliau bertanya “Kamu tinggal di mana, dik? Dan kerja di mana?,”
“Saya tinggal di desa Maju Sari, Pak. Kebetulan, untuk sekarang saya juga masih menganggur. Masih menunggu beberapa panggilan kerja, tetapi sudah beberapa bulan belum ada kabar, pak,” jawabku dengan jujur.
“Memangnya kamu lulusan apa?,” Tanya Pak Aan.
“S1 jurusan Manajemen Bisnis, pak,” jawabku.
“Kalau begitu, besok kamu datang saja ke perusahaan saya, dik. Kebetulan perusahaan sedang memerlukan staff administrasi. Ini kartu nama saya, bila adik tertarik, besok tinggal datang saja ke kantor dan bilang kalo saya yang menyuruh,” kata Pak Aan.
“Wah ini beneran, pak?,” Tanyaku yang seakan masih kurang percaya.
“Iya, dik. Saya sangat memerlukan karyawan yang jujur dan penuh dedikasi seperti kamu, jika kamu memang bukan orang yang baik, pasti uang saya yang ada di dalam dompet ini sudah kamu ambil dan tinggal buang dompetnya. Akan tetapi, kamu lebih memilih untuk mengembalikannya,” ucap Pak Aan.
“Jika begitu terima kasih banyak, Pak. Besok, saya akan langsung datang ke perusahaan bapak dan menyiapkan semua surat dan dokumen lamarannya,” jawabku dengan penuh rasa semangat.
Lalu, aku pun berpamitan untuk pulang dan menyiapkan semua kebutuhan untuk besok. Aku sendiri masih tidak percaya dan masih belum yakin dan merasa bahwa ini adalah suatu keajaiban.
Unsur Instrinsik Cerpen Menemukan Dompet
Tema: Kehidupan bersosial
Tokoh: Galih dan Pak Aan
Alur: Maju
Latar tempat: Trotoar, Rumah Pak Aan
Latar waktu: Pagi dan siang hari
Gaya bahasa: Lugas
Sudut pandang: Orang Pertama
Amanat: Kejujuran adalah suatu sifat yang sangat mulia dan orang yang jujur akan mendapatkan balasannya tersendiri
Bagiku arti persahabatan adalah teman bermain dan bergembira. Aku juga sering berbeda saat berbeda pendapat. Anehnya, semakin besar perbedaan itu, aku semakin suka. Aku belajar banyak hal. Tapi ada suatu kisah yang membuat aku berpendapat berbeda tentang arti persahabatan.
Saat itu, papa mamaku berlibur ke Bali dan aku sendirian menjaga rumah.
“Hahahahaha!” aku tertawa sambil membaca.
“Beni! Katanya mau cari referensi tugas kimia, malah baca komik. Ini aku menemukan buku dari rak sebelah, mau pinjam atau tidak? Kamu bawa kartu kan? Pokoknya besok kamis, semua tugas kelompok pasti selesai. Asal kita kerjakan malam ini. Yuhuuuu... setelah itu bebas tugas. PlayStation!” jelas Judi dengan nada nyaring.
Judi orang yang simpel, punya banyak akal, tapi banyak juga yang gagal, hehehe.. Dari kelas 1 SMA sampai sekarang duduk di kelas 2, aku sering sekelompok, beda lagi kalau masalah bermain PlayStaton, Judi jagoannya. Rasanya seperti dia sudah tau apa yang bakal terjadi di permainan itu. Tapi entah kenapa, sekalipun sebenarnya aku kurang suka main PlayStation, gara-gara Judi, aku jadi ikut-ikutan suka main game.
Sahabatku yang kedua adalah Bang Jon, nama sebenarnya Jonathan. Bang Jon pemberani, badannya besar karena sehari bisa makan lima sampai enam kali. Sebentar lagi dia past datang. Nah, sudah kuduga dia datang kesini.
“Kamu gak malu pakai kacamata hitam itu?,” tanyaku pada Bang Jon yang baru masuk ke perpustakaan.
Sudah empat hari ini dia sakit mata, tapi tadi pagi rasanya dia sudah sembuh. Tapi kacamata hitamnya masih dipakai. Aku heran, orang ini benar-benar kelewat pede. Aku semakin merasa unik dikelilingi dua sahabat yang over dosis pada berbagai hal.
Kami pulang bersama berjalan kaki, rumah kami dekat dengan sekolah, Bang Jon dan Judi juga teman satu komplek perumahan. Saat pulang dari sekolah terjadi sesuatu.
Kataku dalam hati sambil lihat dari kejauhan “(Eh, itu... )”.“Aku sangat kenal dengan rumahku sendiri...” aku mulai ketakutan saat seseorang asing bermobil terlihat masuk rumahku diam-diam. Karena semakin ketakutannya, aku tidak berani pulang ke rumah.“Ohh iya itu!” Judi dan Bang Jon setuju dengan ku.
Judi melihatku seksama, ia tahu kalau aku takut berkelahi. Aku melihat Judi sepert sedang berpikir tentangku dan merencanakan sesuatu.
“Oke, Beni–kamu pergi segera beritahu satpam sekarang, Aku dan Bang Jon akan pergoki mereka lewat depan dan teriak .. maling... pasti tetangga keluar semua,” bisikan Judi terdengar membuatku semakin ketakutan tak berbentuk.
Karena semakin ketakutan, terasa seperti sesak sekali bernafas, tdak bisa terucapkan kata apapun dari mulut. “...Beni, ayo...satpam” Judi membisiki sekali lagi.
Aku segera lari ke pos satpam yang ada diujung jalan dekat gapura, tidak terpikirkan lagi dengan apayang terjadi dengan dua sahabatku. Pak Satpam panik mendengar ceritaku, ia segera memberitahu petugas lainnya untuk segera datang menangkap maling di rumahku.
Aku kembali kerumah dibonceng petugas dengan motornya. Sekitar 4 menit lamanya saat aku pergi ke pos satpam dan kembali ke rumahku.“Ya Tuhan!” kaget sekali melihat seorang petugas satpam lain yang datang lebih awal daripada aku saat itu sedang mengolesi tisu ke hidung Bang Jon yang berdarah. Terlihat juga tangan Judi yang luka seperti kena pukul. Satpam langsung menelpon polisi akibat kasus pencurian ini.
“Jangan khawatir... hehehe... Kita bertiga berhasil menggagalkan mereka. Tadi saat kami teriak maling! Ternyata tidak ada tetangga yang keluar rumah. Alhasil, maling itu terbirit-birit keluar dan berpapasan dengan ku. Ya akhirnya kena pukul deh... Judi juga kena serempet mobil mereka yang terburu-buru pergi,” jawab Bang Jon dengan tenang dan pedenya.
Kemudian Judi membalas perkataan Bang Jon “Rumahmu aman, kita memergoki mereka saat awal-awal, jadi tidak sempat ambil barang rumahmu.”
Singkat cerita, aku mengobati mereka berdua. Mama Judi dan Ban Jon datang kerumahku dan kamu menjelaskan apa yang tadi terjadi. Anehnya, peristwa adanya maling ini sepert tidak pernah terjadi.“Hahahahaha... “ Judi malah tertawa dan melanjutkan bercerita tentang tokoh kesayangannya saat main PlayStation.
Sedangkan Bang Jon bercerita kalau dia masih sempat-sempatnya menyelamatkan kacamata hitamnya sesaat sebelum hidungnya kena pukul. Bagaimana caranya? aku juga kurang paham. Bang Jon kurang jelas saat bercerita pengalamannya itu.“(Hahahahaha... )” Aku tertawa dalam hati karena mereka berdua memberikan pelajaran berarti bagiku.
Aku tdak mungkin menangisi mereka, malu dong sama Bang Jon dan Judi. Tapi ada pelajaran yang kupetik dari dua sahabatku ini. Arti persahabatan bukan cuma teman bermain dan bersenang-senang. Mereka lebih mengert ketakutan dan kelemahan diriku. Judi dan Bang Jon adalah sahabat terbaikku. Pikirku, tidak ada orang rela mengorbankan nyawanya jika bukan untuk sahabatnya (Judi dan Bang Jon salah satunya).
Unsur Intrinsik Cerpen Arti Sahabat
Tema : Persahabatan
Latar tempat: Sekolah, Pos Satpam, dan Rumah Beni.
Latar waktu: Pagi hari, Siang hari, Sore hari dan Malam hari.
Alur: Maju
Penokohan: Beni, Judi dan Jon Protagonis, Maling Antagonis
Point of view: sudut pandang yang pertama
Amanat: Jangan pernah lah mengatakan sahabat itu hanya teman bersenang-senang aja, karena sahabat bukan teman untuk bersenang-senang saja tetapi sahabat past selalu menolong kita apabila kita lagi kesusahan.