JAKARTA, vozpublica.id - Contoh cerpen pendidikan singkat berikut ini bisa jadi bacaan yang memotivasi para pembaca. Nilai-nilai yang terkandung pada cerita ini pun diharapkan dapat diaplikasikan di kehidupan sehari-hari.
Berbeda dengan jenis karya sastra lainnya, cerpen atau cerita pendek memiliki beberapa ciri-ciri. Seperti terfokus pada satu tokoh, ceritanya tidak lebih dari 10.000 kata, ada puncak dan solusi masalah, hingga alur yang singkat.
Selain itu, tema yang dijadikan sebagai pembahasan utama pun beragam. Mulai dari percintaan, pertemanan, hingga pendidikan.
Melansir berbagai sumber, Senin (14/10/2024), contoh cerpen pendidikan singkat.
Ada seorang anak bernama Andi yang sangat malas belajar. Setiap kali disuruh belajar, dia selalu menolak. Dia lebih suka bermain game atau menonton televisi.
Karena malas belajar, Andi selalu mendapat nilai buruk di sekolah. Orang tuanya sudah sering menasehatinya, tetapi Andi tidak mau mendengarkan.
Suatu hari, Andi mendapatkan tugas untuk membuat makalah. Dia tidak mau mengerjakannya, jadi dia meminta bantuan kepada temannya. Teman Andi bersedia membantunya, tetapi dia meminta imbalan uang. Andi tidak punya uang, jadi dia tidak bisa meminta bantuan kepada temannya.
Akhirnya, Andi memutuskan untuk mengerjakan tugasnya sendiri. Dia sangat kesulitan mengerjakannya, tetapi dia tidak menyerah. Dia terus belajar dan akhirnya dia bisa menyelesaikan tugasnya tepat waktu.
Andi merasa sangat senang karena dia bisa menyelesaikan tugasnya sendiri. Dia juga menyadari bahwa belajar itu penting. Dia tidak akan malas belajar lagi.
Seorang anak laki-laki bernama Andi kesal karena dia mendapatkan nilai buruk dalam tes bahasa Inggrisnya. Dia sedang duduk di kamarnya ketika neneknya datang dan menghiburnya.
Neneknya duduk di sampingnya dan memberinya pensil. Andi memandang neneknya dengan bingung, dan berkata bahwa dia tidak pantas mendapatkan pensil setelah nilai ujiannya yang jelek.
Neneknya menjelaskan, “Kamu bisa belajar banyak hal dari pensil ini karena sama seperti kamu, dia mengalami penajaman yang menyakitkan, persis seperti kamu mengalami rasa sakit karena tidak berhasil dengan baik pada ujian.
Namun, hal ini akan membantu kamu menjadi siswa yang lebih baik. Sama seperti semua kebaikan yang berasal dari pensil berasal dari dalam dirinya sendiri, kamu juga akan menemukan kekuatan untuk mengatasi rintangan ini.
Dan akhirnya, sama seperti pensil ini akan membuat tanda pada permukaan apa pun, kamu juga harus meninggalkan tanda pada apa pun yang kamu pilih.”
Andi pun terhibur dan berjanji akan menjadi lebih baik di masa depan.
Ada seorang anak bernama Dani yang sangat jujur. Dia tidak pernah berbohong, baik kepada orang tua, guru, maupun teman-temannya. Dani tahu bahwa kejujuran itu penting. Dia ingin menjadi orang yang bisa dipercaya
Suatu hari, Dani menemukan dompet di jalan. Dia tidak mengambil dompet itu. Dia menyerahkan dompet itu kepada polisi. Polisi sangat berterima kasih kepada Dani. Dia mengatakan bahwa Dani adalah anak yang jujur dan bertanggung jawab.
Orang tua Dani sangat bangga padanya. Mereka tahu bahwa Dani adalah anak yang baik dan jujur. Mereka berharap Dani bisa terus menjadi anak yang jujur di masa depan.
Hari ini, aku pulang kuliah lebih cepat dari biasanya, dikarenakan dosen mata kuliah di jam terakhir berhalangan masuk. Aku pun bergegas pulang, sekitar pukul 15.00 akupun tiba di rumah.
Namun, aku melihat ibu seperti orang kebingungan yang sedang mencari sesuatu. Ternyata ia kehilangan uang kembalian belanjaannya.
Aku membantunya namun hasilnya nihil. Ibu pasrah dan aku ke luar rumah kembali karena lupa ada yang harus dibeli. Di jalan dekat warnet, aku bertemu dengan adikku.
“De, kamu main di sini emang ibu kasih uang ke kamu? Kan kamu lagi dihukum ga dikasih uang jajan hari ini?” tanyaku dengan muka yakin kalo dia pasti mengambil uang ibu.
“oh, kaka tau kamu ambil uang ibu yang di atas meja, ya!?” sambungku.
“I..ii..iya kak, aku ambil uang ibu, tapi Cuma aku pakai 5 ribu doang kok, kak.” Jawab dia dengan ketakutan.
“Ayo naik ke atas motor, nanti jelasin sama ibu..” ucapku sembari membawanya pulang.
Sesampainya di rumah, dia langsung jujur dan menceritakan semuanya kepada ibu. Aku dan ibu langsung menasehatinya sebaik mungkin.
“De, ibu lebih menghargai kamu meminta ke ibu, sekalipun kamu sedang dihukum. Dari pada mencuri seperti ini kan tidak baik” kata ibu sambil mengelus rambut adikku.
Dia hanya tertunduk malu dengan rasa bersalahnya yang terpampang jelas dari wajahnya. Setelah dinasehati, adikku mengakui kesalahannya, meminta maaf kepada ibu dan aku, serta benar-benar berjanji untuk tidak mengulanginya lagi di kemudian hari.
Temanku bernama Risma adalah anak orang kaya sombong, selalu menghina, dan tidak ingin berteman dengan kami dengan alasan kami anak orang susah.
Meski ia anak pintar, tetapi bukankah sombong adalah hal yang tidak terpuji? Suatu ketika, Risma mengejek temanku karena bajunya jorok dan dekil.
Kawanku menjadi tertawaan para teman-teman yang lain dan tidak ada yang mau duduk dengannya selain aku. Ternyata benar sombong membawa malapetaka.
Setelah beberapa bulan, Risma terpaksa pindah ke desa kampung halaman orang tuanya karena ayahnya tersandung kasus korupsi sehingga harus ditahan oleh aparat kepolisian.
Gilang, itulah nama panggilanku dan aku adalah satu dari sekian banyak anak yang tak bisa merasakan apa arti bersekolah. Usiaku sekarang 10 tahun dan aku masih kelas 2 SD. Kata teman-temanku, seharusnya aku sudah duduk di kelas 4 atau 5 SD.
Akan tetapi, karena keadaan ekonomi yang tidak mendukung, aku harus mencari rezeki agar bisa memenuhi kebutuhan hidupku dan adikku yang masih berusia 5 tahun.
Aku dan adik tinggal di rumah berukuran 44 meter yang juga merupakan milik orang lain. Orang tua kami sudah lama meninggal dunia karena kecelakaan.
Secercah harapan akhirnya kudapatkan di tahun ketiga, aku dan adikku mendapatkan pembiayaan sekolah sampai lulus SMA dari lembaga pendidikan pemerintah. Sejak saat itulah aku dan adikku mendapat banyak ilmu pengetahuan bermanfaat.
Dara adalah gadis yang tumbuh di keluarga kaya raya, sayangnya Dara membutuhkan kursi roda untuk bisa beraktivitas sehingga dirinya sering merasa diacuhkan oleh keluarganya. Setiap hari, Dara menghabiskan waktunya menggambar taman yang bisa ia lihat dari jendela kamarnya.
Suatu hari, Dara jatuh dari kursi roda, tetapi tidak ada yang mau menolongnya. Kecewa dengan sikap keluarganya, Dara pun mencoba merangkak ke arah taman kompleks untuk menenangkan diri.
Di taman, Dara melihat seorang gadis seusianya yang memiliki kondisi sama, gadis tersebut pun mengenalkan dirinya bernama Hana dan keduanya pun menjadi akrab dengan satu sama lain.
Ketika bercengkrama, Hana berkata, Dara, ingatlah bahwa tidak ada seorangpun di dunia ini yang terlahir sia-sia. Mungkin kita tidak bisa berdiri tegak layaknya manusia lain. Namun, kita masih punya hak untuk merasakan bahagia. Cobalah untuk menerima dirimu sendiri, Dara.
Dara pun merenungi dan mencerna perkataan Hana, kemudian dia mencoba mewujudkan mimpinya menjadi pelukis meski tidak bisa berdiri tegak. Perlahan, Dara berhasil mewujudkan mimpinya dan lukisannya pun bisa dipajang di pameran besar.
Ketika masuk SMP, aku bersahabat dengan Jasmine. Pertemanan kita berawal ketika aku pingsan di jam olahraga. Sebelum pingsan, Jasmine sempat bertanya kepadaku Kamu tampak lemas, mau aku panggilkan guru untuk dibawa ke UKS?
Aku yang berusaha terlihat kuat pun menjawab tidak dan memaksakan mengikuti kelas olahraga. Jasmine yang merasa aku sedang tak sehat pun memanggil guru untuk memberitahukan bahwa aku akan segera pingsan. Benar saja, aku pingsan dan dibawa oleh guru olahraga ke ruang UKS.
Setelah kembali ke kelas, aku berterima kasih ke Jasmine dan kita pun mulai akrab. Tiga tahun sudah aku dan Jasmine menjalin persahabatan, tetapi setelah lulus SMP, Jasmine mengikuti orang tuanya dan pindah ke Jakarta.
Mendengar kabar itu, aku sangat sedih karena tidak bisa berkomunikasi langsung dengan Jasmine. Setelah lulus SMA, aku mencoba berkomunikasi lagi ke Jasmine menggunakan surat.
Di akhir surat, aku menulis dengan penuh harap, Apakah kita bisa bertemu kembali di universitas yang sama?