JAKARTA, vozpublica.id - Profil Shehbaz Sharif kembali menjadi sorotan dunia internasional setelah resmi menjabat sebagai Perdana Menteri Pakistan untuk kedua kalinya pada Maret 2024. Dia menggantikan Imran Khan yang digulingkan melalui mosi tidak percaya di parlemen.
Kepemimpinannya kali ini diuji oleh situasi geopolitik yang sangat panas, ketegangan militer dengan India yang berpotensi memicu perang besar antara dua negara pemilik senjata nuklir.
Shehbaz Sharif lahir pada 23 September 1951 di Lahore, Provinsi Punjab, dari keluarga yang berasal dari Kashmir. Awalnya keluarga ini tinggal di Anantnag, Kashmir (kini dikuasai India), lalu bermigrasi ke Amritsar dan akhirnya ke Lahore pada 1947 setelah pemisahan India dan Pakistan.
Ayahnya, Mohammad Sharif, adalah pengusaha sukses di bidang baja. Shehbaz adalah anak kedua dari tiga bersaudara laki-laki, termasuk kakaknya Nawaz Sharif, yang juga pernah menjabat sebagai Perdana Menteri Pakistan. Ia menamatkan pendidikan menengah di SMA Saint Anthony, lalu melanjutkan ke Government College University di Lahore, memperoleh gelar sarjana seni.
Shehbaz Sharif menikah tiga kali dan memiliki empat anak dari pernikahan pertamanya dengan Nusrat Shehbaz. Putra sulungnya, Hamza Shahbaz, mengikuti jejaknya di dunia politik dan menjadi anggota Majelis Nasional dari Lahore.
Sebelum aktif di politik, Shehbaz sempat terlibat dalam bisnis keluarga di industri baja bersama Nawaz. Namun, bisnis mereka sempat terkena imbas kebijakan nasionalisasi pemerintahan Zulfikar Ali Bhutto pada tahun 1974, sebelum akhirnya dipulihkan kembali pada 1977 setelah kudeta militer oleh Zia-ul-Haq.
Profil Shehbaz Sharif mencatat langkah awal politiknya saat terpilih menjadi anggota Majelis Punjab pada 1988, dan Majelis Nasional pada 1990. Ia kemudian menjabat sebagai Menteri Utama Punjab (setara gubernur) selama tiga periode: 1997–2002, 2008–2013, dan 2013–2018. Dalam jabatan itu, ia dikenal karena pembangunan infrastruktur dan reformasi birokrasi.
Shehbaz pertama kali menjabat sebagai Perdana Menteri pada April 2022 hingga Agustus 2023, menggantikan Imran Khan yang dilengserkan lewat mosi tidak percaya. Periode pertama kepemimpinannya diwarnai tantangan berat seperti krisis ekonomi dan inflasi tinggi.
Pada pemilu Februari 2024, partainya, Pakistan Muslim League-Nawaz (PML-N), menang dan mengamankan 201 kursi di Majelis Nasional. Ia kembali dilantik menjadi Perdana Menteri pada Maret 2024, mengalahkan Omer Ayub Khan dari partai PTI yang didirikan oleh Imran Khan.