“Tim kami terus menyelidiki semua pelanggaran yang dilakukan selama periode kekacauan ini sembari bekerja keras membangun kepercayaan dan keyakinan di masyarakat,” katanya.
Kerusuhan meletus di seantero Inggris menyusul insiden penusukan yang menewaskan tiga anak perempuan selama kelas menari pada 29 Juli di Kota Southport. Desas-desus palsu yang tersebar di media sosial menyebutkan bahwa tersangka adalah imigran Muslim yang sedang mencari suaka di Inggris.
Berita bohong itu pun memicu kemarahan dan keresahan, hingga berubah menjadi kerusuhan anti-imigrasi yang berkecamuk selama lebih dari seminggu, yang menyebabkan lebih dari 1.000 orang ditangkap. Kerusuhan itu tercatat sebagai yang terburuk di Inggris sejak 2011.
Pada Jumat kemarin, polisi Inggris juga mendakwa seorang remaja berusia 18 tahun dan seorang perempuan berumur 19 tahun dengan pelanggaran terorisme. Dakwaan itu menyusul penyelidikan terhadap dugaan aktivitas terorisme sayap kanan ekstrem yang dilakukan kedua orang tersebut.