BAKU, vozpublica.id – Presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev, murka kepada Prancis lantaran negara Eropa itu mengirimkan bantuan militer ke Armenia. Dia pun mengingatkan bahwa keputusan Paris itu dapat memicu konflik baru di kawasan Kaukasus Selatan pascaoperasi militer Azerbaijan yang berjalan sukses, bulan lalu.
Pekan lalu, Aliyev menarik diri dari perundingan dengan Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinyan, yang ditengahi oleh Uni Eropa. Pasalnya, Brussels secara gamblang menyatakan dukungan kepada Armenia.
Aliyev juga mengkritik pendekatan Uni Eropa, khususnya posisi Prancis, ketika Presiden Dewan Eropa, Charles Michel, meneleponnya pada akhir pekan ini.
“Kepala negara menekankan bahwa pemberian senjata oleh Prancis kepada Armenia adalah sebuah pendekatan yang tidak mendukung perdamaian, namun bertujuan untuk memicu konflik baru. Dan jika ada konflik baru yang terjadi di wilayah tersebut, Prancis akan bertanggung jawab menyebabkan konflik tersebut,” demikian pernyataan dari Kantor Kepresidenan Azerbaijan yang dikeluarkan pada Sabtu (7/10/2023) malam.
Prancis belum lama ini menyetujui kontrak pertahanan dengan Armenia. Lewat kesepakatan itu, Paris bakal memasok peralatan militer guna membantu negara bekas Uni Soviet tersebut memperkuat pertahanannya. Hal itu diungkapkan Menteri Luar Negeri Prancis, Catherine Colonna, saat berkunjung ke Yerevan, lima hari lalu.
Namun, dia menolak menjelaskan lebih lanjut jenis bantuan militer apa yang bakal dikirim Paris untuk Armenia berdasarkan kontrak tersebut. Sebelumnya, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengecam Azerbaijan dengan menuduh Baku punya masalah dengan hukum internasional.