TEL AVIV, vozpublica.id - Moshe Ya’alon, mantan kepala staf angkatan bersenjata Pasukan Pertahanan Israel (IDF), mengkritik keras Perdana Menteri Benjamin Netanyahu tak sungguh-sungguh memulangkan sandera yang ditahan di Jalur Gaza.
Dia bahkan menuduh Netanyahu sengaja mengorbankan nyawa tawanan warga Israel di Jalur Gaza demi membela kepentingan kelompok sayap di kabinet. Pemerintahan Netanyahu mendapat dukungan dari kelomnpom sayap kanan yang jika dicabut maka berakhirlah kepemimpinannya.
Kelompok sayap kanan Israel menentang kesepakatan gencatan senjata apa pun dengan Hamas. Dalam kesepakatan gencatan senjata sebelumnya, yakni pada Akhir November 2023, pemulangan sandera menjadi bagian dalam perjanjian, disertai dengan pembebasan tahanan Palestina.
Kebijakan kontroversial kelompok sayap kanan lainnya adalah perang di Gaza harus dilanjutkan sampai Hamas dihancurkan, teori yang banyak pengamat menilai tak mungkin.
Kelompok ini juga menyerukan pendudukan kembali Jalur Gaza oleh Israel serta mengusir penduduknya ke Sinai di Mesir.