WASHINGTON, vozpublica.id - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyebut Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sengaja memperpanjang perang di Jalur Gaza karena alasan politik. Ini merupakan pernyataan paling jelas disampaikan Biden terkait Netanyahu sejak perang Israel-Hamas pada 7 Oktober 2023.
"Ada banyak alasan bagi banyak orang untuk membuat kesimpulan seperti itu," kata Biden, menjawab pertanyaan Majalah Time soal motif politik di balik perang Israel di Gaza, seperti dilaporkan kembali Reuters.
Wawancara itu dilakukan pada 28 Mei, sebelum Biden mengumumkan proposal gencatan senjata terbaru tiga tahap di Gaza, namun baru dirilis Selasa (4/6/2024). Di saat yang sama Netanyahu menghadapi tekanan dari dua kubu berbeda, namun kelompok sayap kanannya mendukung penuh perang di Gaza berlanjut sampai Hamas dilenyapkan.
Pada kesempatan itu Biden juga mengatakan belum yakin pasukan Israel melakukan kejahatan perang di Gaza. Komentarnya itu mengundang pertanyaan besar di kalangan pengamat mengenai kehancuran di Gaza serta kematian lebih dari 36.400 orang, mayoritas anak-anak dan perempuan.
Jaksa Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) di Den Haag, Belanda, bulan lalu mengajukan surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu dan Menteri Pertahanan Yoav Gallant. Hal yang sama diberlakukan kepada tiga pemimpin Hamas, atas tuduhan kejahatan perang.
AS menentang keras perintah penangkapan terhadap Netanyahu, bahkan mengancam akan menjatuhkan sanksi kepada para jaksa ICC.
Selain itu Mahkamah Internasional (ICJ), berdasarkan tuntutan Afrika Selatan, memerintahkan Israel untuk menghentikan operasi militer di Rafah, Gaza Selatan. Israel membangkang perintah dari pengadilan tertinggi PBB itu, bahkan membunuh para pengungsi yang sedang tidur lelap di tenda-tenda perlindungan yakni di Tal Al Sultan dan zona kemanusiaan Al Mawasi.