NEW YORK, vozpublica.id - Temuan badan PBB mengungkap, seorang perempuan Palestina terpaksa melahirkan di jalanan saat mengungsi meninggalkan Kota Gaza. Puluhan ribu warga Kota Gaza terpaksa meninggalkan rumah mereka sejak 3 hari terakhir untuk menghindari serangan brutal tentara Zionis.
"Serangan Israel di Gaza memaksa perempuan melahirkan di jalanan, tanpa rumah sakit, dokter, atau air bersih," kata juru bicara PBB, Stephane Dujarric, dalam konferensi pers Dana Kependudukan PBB (UNFPA), seperti dikutip dari Anadolu, Kamis (18/9/2025).
Dia melanjutkan, sekitar 23.000 perempuan Gaza hidup tanpa perawatan dan sekitar 15 bayi lahir setiap pekan tanpa bantuan medis. Perlindungan segera bagi warga sipil harus diberikan karena situasi di lapangan terus memburuk setiap jamnya.
Dujarric memperingatkan Israel, memaksa warga Kota Gaza mengungsi bukan berarti negara Yahudi itu terbabas dari kewajiban melindungi warga sipil.
"Ribuan orang terus mengungsi, di tengah permusuhan yang masih berlangsung. Jalan-jalan, seperti yang bisa Anda bayangkan, macet. Orang-orang kelaparan dan anak-anak trauma," ujarnya.
Hampir 40.000 orang mengungsi ke Gaza Selatan antara Senin dan Selasa. Sementara sejak pertengahan Agustus ada sekitar 200.000 pergerakan menuju selatan.
"Para mitra telah mendirikan tiga titik bantuan di daerah-daerah yang menampung pengungsi di Gaza selatan untuk membantu anak-anak yang terpisahkan (dari orang tua), yatim piatu, dan terluka," tuturnya.