Walau kecil dan tak berpenghuni, Sandy Cay memiliki nilai geopolitik yang sangat besar. Menurut para ahli hukum internasional, kedaulatan atas Sandy Cay bisa memperkuat klaim terhadap Terumbu Karang Subi dan kawasan sekitarnya, termasuk zona ekonomi eksklusif (ZEE) yang kaya akan sumber daya laut.
China menyebut pulau ini sebagai bagian dari wilayah historisnya, sementara Filipina menganggapnya berada dalam ZEE mereka sesuai dengan hukum internasional, khususnya UNCLOS (United Nations Convention on the Law of the Sea).
Pada April 2025, stasiun televisi CCTV China melaporkan bahwa personel Penjaga Pantai China telah melakukan “pengawasan dan inspeksi” di Pulau Sandy Cay. Mereka disebut turun ke pulau tersebut untuk menunjukkan kedaulatan, bahkan mengibarkan bendera nasional. Namun, tidak ada indikasi bahwa China menduduki pulau ini secara permanen.
Filipina membantah klaim tersebut, dan menyatakan bahwa aktivitas mereka di Sandy Cay adalah sah serta tidak diintervensi oleh pasukan China. Konflik ini kembali mengingatkan publik pada peristiwa tahun 2017 ketika Filipina menghentikan rencana pembangunan shelter nelayan di Sandy Cay karena tekanan diplomatik dari Beijing.
Jadi, dimana Pulau Sandy Cay? Pulau ini terletak di Kepulauan Spratly, Laut China Selatan, sekitar 2,4 km dari Pag-asa Island (Pulau Thitu) milik Filipina dan dekat dengan pangkalan militer China di Terumbu Karang Subi.
Walaupun tampak sepele karena ukurannya yang kecil dan tak berpenghuni, Sandy Cay memiliki arti strategis dalam perebutan pengaruh di Laut China Selatan.
Perselisihan terkait Pulau Sandy Cay mencerminkan betapa sensitifnya isu kedaulatan dan yurisdiksi di wilayah ini, yang berpotensi memicu ketegangan regional jika tidak dikelola dengan hati-hati.