Saksi ahli keluarga Juliana, Nelson Massini, mengatakan hasil otopsi di Brasil pada dasarnya tidak berbeda jauh dari yang dilakukan di RSUD Bali Mandara. Ia menyebut bahwa penjelasan penyebab kematian dan waktu kematian yang diperkirakan oleh dokter forensik Indonesia cukup konsisten.
Sebelumnya, dr Ida Bagus Alit dari RSUD Bali Mandara, mengatakan Juliana meninggal cepat akibat luka berat di dada bagian belakang yang menyebabkan pendarahan hebat. Ia memperkirakan kematian terjadi tidak lebih dari 20 menit setelah luka tersebut dialami.
Autopsi juga menyimpulkan bahwa tidak ditemukan tanda khas hipotermia, seperti luka kehitaman di jari-jari. Bola mata, yang biasa digunakan sebagai indikator kondisi tersebut, tidak bisa diperiksa karena kondisi jenazah yang telah membusuk.
Hasil autopsi lengkap dari dua negara ini memperkuat kesimpulan bahwa penyebab utama kematian Juliana adalah trauma fisik akibat jatuh dari ketinggian, dan bukan disebabkan faktor lain seperti paparan suhu ekstrem.