Selain situs keagamaan, banyak rumah bersejarah di Kota Tua Gaza yang juga menjadi daya tarik wisata.
Rumah-rumah ini dibangun dengan arsitektur tradisional khas Timur Tengah, menampilkan ukiran batu yang detail serta halaman luas di tengah bangunan. Banyak wisatawan mancanegara tertarik untuk menjelajahi kawasan ini sebagai cerminan kehidupan masyarakat Palestina sejak ratusan tahun lalu.
Namun, serangan udara Israel pada berbagai periode, termasuk 2021 dan 2023, menghancurkan sebagian besar rumah kuno tersebut. Beberapa bangunan rata dengan tanah, sementara sisanya hanya tersisa dinding setengah runtuh.
Kini, kawasan yang dulunya ramai dikunjungi wisatawan telah berubah menjadi puing-puing, meninggalkan kesedihan bagi warga lokal dan komunitas internasional yang peduli pada warisan budaya.
Kehancuran tempat-tempat wisata di Palestina bukan hanya kerugian bagi warga setempat, tetapi juga kehilangan bagi dunia.
Situs-situs bersejarah tersebut merepresentasikan identitas, budaya, dan peradaban yang telah ada ribuan tahun. Kehilangannya membuat generasi mendatang sulit memahami kekayaan sejarah Palestina.
Selain itu, sektor pariwisata yang sebelumnya dapat menjadi sumber ekonomi warga Palestina kini lumpuh total. Wisatawan mancanegara tidak bisa lagi berkunjung dengan aman, sementara masyarakat lokal kehilangan ruang publik untuk belajar sejarah dan budaya mereka sendiri.
Mengulas 3 tempat wisata di Palestina yang dihancurkan Israel memberikan gambaran nyata betapa besar dampak konflik terhadap warisan budaya dunia. Masjid Al-Omari, Gereja Saint Porphyrius, dan rumah-rumah kuno di Kota Tua Gaza kini tinggal kenangan akibat serangan militer yang tak henti-hentinya. Kehancuran ini seharusnya menjadi peringatan bahwa perang bukan hanya menghancurkan nyawa manusia, tetapi juga meruntuhkan identitas dan sejarah sebuah bangsa.