JAKARTA, vozpublica.id – Indonesian Business Council (IBC) menekankan pentingnya penguatan integritas proyek karbon kredit nasional guna meningkatkan kepercayaan pasar global. Melalui program Indonesia Carbon Market Academy (ICMA), IBC mendorong peningkatan kapasitas teknis dan tata kelola pelaku pasar agar Indonesia tak hanya menjadi peserta, tapi juga pemain utama dalam ekosistem karbon dunia.
“Langkah awal membangun ekosistem pasar karbon yang kokoh adalah edukasi,” tegas COO IBC, William Sabandar dalam talkshow di Jakarta, Kamis (24/7/2025).
Indonesia menargetkan potensi ekspor kredit karbon senilai USD65 miliar (sekitar Rp1.000 triliun) pada 2028. Dengan luas hutan tropis yang besar, posisi Indonesia sangat strategis dalam perdagangan karbon global. Namun sejak IDXCarbon diluncurkan pada 26 September 2023 hingga 11 Juli 2025, volume transaksi baru mencapai 1,59 juta ton CO₂e senilai Rp77,95 miliar, menunjukkan perlunya percepatan dan perbaikan kualitas proyek.
William menjelaskan, ICMA dibangun di atas tiga pilar: edukasi dan perubahan pola pikir pelaku industri, penguatan komunikasi publik soal keberlanjutan, serta keterlibatan dalam program transisi energi dan pertumbuhan hijau. “Kami ingin sektor berbasis fosil juga mulai bertransformasi ke arah solusi hijau,” ujarnya.
Namun, rendahnya integritas sebagian proyek karbon menjadi tantangan utama yang turut disoroti Direktur Eksekutif ICRES, Paul Butarbutar. Ia menyebut kualitas proyek yang belum optimal berdampak pada turunnya kepercayaan pasar internasional. “ICMA memberikan wadah strategis untuk pelaku pasar memahami tantangan teknis dan menjawab dinamika global secara langsung,” kata Paul.