Hal lain yang perlu diperhatikan adalah pemahaman bahwa ketersediaan fasilitas penunjang seperti bank darah dan kelengkapan obat-obatan di daerah terpencil adalah penting.
Artinya, sebelum melakukan suatu operasi, apa pun itu termasuk operasi caesar, wajib melakukan persiapan operasi seperti pengecekan ketersediaan obat-obatan termasuk obat untuk pembiusan umum.
Kemudian, obat-obat emergensi jika terjadi penurunan tekanan darah mendadak selama operasi berlangsung atau kegawatdaruratan pada bayi yang baru lahir, dan cadangan darah sesuai dengan golongan darah pasien jika terjadi pendarahan selama operasi.
"Jika semua obat-obatan dan cadangan darah tersebut tidak tersedia di daerah terpencil, maka akan sangat beresiko meningkatkan angka kematian ibu dan bayi jika terjadi komplikasi selama operasi dan sesudah operasi," ungkap dr Nova.
Salah satu aspek paling mengkhawatirkan adalah potensi terjadinya komplikasi selama operasi. Misalnya, jika terjadi perdarahan hebat pada si ibu yang membutuhkan tindakan segera seperti pengangkatan rahim untuk menyelamatkan nyawa ibu.
"Nah, apakah dokter umum memiliki keahlian untuk melakukannya? Dalam situasi darurat seperti ini, kecepatan dan ketepatan sangat menentukan. Tanpa pelatihan spesialis yang memadai, risiko membahayakan nyawa ibu dan bayi menjadi sangat besar dan berpotensi akan meningkatkan angka kematian ibu dan bayi," ujarnya.
Dengan risiko-risiko tersebut, dr Nova mengatakan bahwa meningkatkan akses pelayanan kesehatan di daerah terpencil memang penting, tetapi hal ini tidak boleh mengorbankan standar keselamatan pasien.
Alih-alih menurunkan ambang kompetensi dengan mengizinkan dokter umum melakukan operasi caesar, pemerintah bisa mempertimbangkan solusi lain yang lebih aman. Apa saja solusinya? Simak beritanya sampai selesai.