JAKARTA, vozpublica.id - Menteri Lingkungan Hidup (LH) Hanif Faisol Nurofiq angkat suara mengenai indikasi kerusakan lingkungan akibat aktivitas pertambangan nikel di Raja Ampat, Papua Barat Daya. Rencananya, Kementerian LH akan bertolak ke Raja Ampat untuk melakukan tinjauan langsung pada pekan depan.
Gerakan #SaveRajaAmpat tengah menggema di media sosial beberapa waktu ke belakang. Gerakan tersebut muncul atas dugaan eksploitasi tambang nikel di Raja Ampat.
Hanif menjelaskan temuan di empat wilayah pertambangan kawasan Raja Ampat, Papua Barat Daya. Dia menyebut ada temuan yang menunjukkan indikasi kerusakan lingkungan yang terjadi di salah satu pulau kecil, yakni Pulau Manuran yang diduga imbas dari aktivitas penambangan nikel.
"Jadi ini agak serius kondisi lingkungannya yang ada di Pulau Manuran yang kegiatan penambangan nikel yang dilakukan di pulau ini. Selain pulaunya kecil, pelaksanaan kegiatan penambangnya kurang hati-hati, sehingga ada potensi pencemaran lingkungan yang agak serius," kata Hanif.
Dia menambahkan, saat ini Kementerian LH telah memasang plang pengawasan di Pulau Manuran untuk menindaklanjuti temuan awal kerusakan lingkungan.
"Jadi, kalau plang pengawasan itu dilakukan berarti tahapannya sedang berjalan, mulai dari pengambilan sampel-sampel untuk di lab, kemudian pemanggilan para ahli untuk memproyeksikan kerugian-kerugian dan kerusukan lingkungan yang ditimbulkan untuk kemudian disimpulkan apakah pidana, perdata," tuturnya.
Menteri LH bersama tim dijadwalkan akan bertolak ke Raja Ampat pada, Kamis 12 Juni 2025 mendatang. Usai melakukan tinjauan, pihaknya akan menentukan langkah yang paling tepat untuk mengatasi persoalan lingkungan di wilayah tersebut.