BI Dinilai Perlu Tahan Suku Bunga di 6 Persen, Ini Alasannya

Anggie Ariesta
Ekonom menyebut bahwa Bank Indonesia (BI) perlu menahan suku bunga acuannya kembali di 6,00 persen pada Februari 2024. (Foto: ilustrasi/Okezone) 

JAKARTA, vozpublica.id - Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI, Teuku Riefky menyebut bahwa Bank Indonesia (BI) perlu menahan suku bunga acuannya kembali di 6,00 persen pada Februari 2024. Hal ini berdasarkan atas dasar beberapa bahan pertimbangan.

Pertimbangan pertama, inflasi umum turun menjadi 2,57 persen (yoy) pada bulan Januari 2024 mendekati titik tengah target baru sebesar 2,5 persen. Menurunnya dampak fenomena El Nino terhadap harga pangan, penyaluran bantuan sosial untuk mengendalikan volatilitas pangan, dan berkurangnya dampak musiman akhir tahun mendorong penurunan inflasi pada bulan pertama tahun 2024.

"Neraca perdagangan masih berada pada teritori positif meski menurun sejak April 2022. Mengingat The Fed tidak akan menurunkan suku bunga kebijakannya dalam waktu dekat, kami menilai BI sebaiknya mempertahankan BI Rate di level 6,00 persen bulan ini untuk menjaga stabilitas nilai tukar," ujar Riefky dalam keterangannya, Rabu (21/2/2024).

Perlu diketahui bahwa mulai tahun 2024, penghitungan inflasi menggunakan Survei Biaya Hidup (SBH) tahun 2022 sebagai basis baru menggantikan SBH tahun 2018. Pemutakhiran SBH tahun 2018 menjadi 2022 diharapkan dapat menangkap perubahan gaya hidup, khususnya akibat pandemi Covid-19

Jika dirinci, inflasi umum tahunan pada bulan Januari 2024 disebabkan oleh kenaikan harga pada ketiga komponen pembentuk inflasi. Inflasi inti mencatat perlambatan inflasi sebesar 1,68 persen (yoy) pada Januari 2024 dibandingkan 1,80 persen (yoy) pada Desember 2023.

"Dalam beberapa bulan mendatang, tekanan inflasi akan disebabkan oleh peningkatan pengeluaran akibat adanya beberapa libur panjang di bulan Februari 2024 dan harga pangan menjelang musim Ramadhan akibat naiknya permintaan masyarakat," tuturnya.

Selain pangan, kenaikan permintaan diperkirakan akan terjadi pada kelompok pengeluaran untuk pakaian dan mobilitas masyarakat menjelang Ramadhan dan Idul Fitri. 

Sejalan dengan ekspektasi pasar, perekonomian Indonesia tumbuh sebesar 5,04 persen (yoy) pada kuartal terakhir tahun 2023, sehingga perekonomian secara keseluruhan tumbuh sebesar 5,05 persen (yoy) pada tahun 2023. 

Pertumbuhan PDB pada tahun 2023 lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan 5,31 persen (yoy) pada tahun 2022 karena Indonesia masih menikmati sedikit efek low-base pada tahun 2022.

Editor : Aditya Pratama
Artikel Terkait
Keuangan
2 hari lalu

Rupiah Melesat 1,05 dalam Sepekan, Kembali di Bawah Rp16.600 per Dolar AS

Nasional
4 hari lalu

Rupiah Hari Ini Ditutup Perkasa, Sentuh Level Rp16.598 per Dolar AS

Makro
5 hari lalu

BPS Catat Inflasi September 2025 Tembus 0,21% gegara Harga Cabai hingga Perhiasan

Keuangan
8 hari lalu

Rupiah Sepekan Terkoreksi 0,82 Persen, Diprediksi Sentuh Rp16.800 per Dolar AS Pekan Depan

Berita Terkini
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program vozpublica.id Network. Klik Lebih Lanjut
Network Updates
News updates from 99+ regions
Personalize Your News
Get your customized local news
Login to enjoy more features and let the fun begin.
Kanal