JAKARTA, vozpublica.id - Toko buku legendaris, Toko Gunung Agung akan menutup semua outletnya di Indonesia pada akhir tahun ini setelah 70 tahun berdiri karena kerugian yang dialami. Toko buku ini didirikan pada 1953 oleh seorang mualaf bernama Tjio Wie Tay, yang kemudian dikenal sebagai Haji Masagung.
Lantas, siapa sosok di balik berdirinya Toko Gunung Agung?
Dikutip dari sejumlah sumber, dia adalah Tjio Wie Tay atau yang dikenal dengan Masagung. Dia lahir di Jakarta, 8 September 1927.
Wie Tay merupakan anak keempat dari lima bersaudara pasangan Tjio Koan An dan Tjoa Poppi Nio. Dia menjadi yatim ketika berusia empat tahun. Sejak ditinggal ayahnya, Wie Tay mengalami kesulitan ekonomi dan menjadi anak nakal.
Meski begitu, Wie Tay tumbuh menjadi anak pemberani. Dia tidak takut bergaul dengan siapa saja, termasuk dengan tentara Jepang yang ketika itu mulai masuk ke Banten. Bahkan dari tentara Jepang, dia mendapatkan satu sepeda untuk Wie Tay memulai usaha.
Demi memperbaiki kondisi ekonomi keluarganya, dia bahkan mencuri buku milik kakaknya untuk kemudian dijual lagi seharga 50 sen. Setelah stok bukunya habis, dia menjadi manusia karet di panggung pertunjukkan senam dan aerobik.
Sebelum membuka toko buku, Wie Tay lebih dulu menggeluti pekerjaan sebagai pedagang rokok keliling di daerah Senen dan Glodok. Dari hasil jualannya, dia mulai menabung dan membeli meja untuk berjualan karena saat itu belum mampu membuka kios sendiri.
Selain berjualan rokok, dia juga mulai melebarkan sayapnya ke bisnis lain, yakni berjualan bir dan buku. Semula, dia menjual buku-buku impor berbahasa Belanda yang ternyata laris manis.
Hingga akhirnya, Wie Tay beserta dua sahabatnya, yakni Lie Tay San dan The Kie Hoat mendirikan toko buku dan alat tulis yang berlokasi di Kwitang, Jakarta Pusat. Namun, perjalanan ketiganya merintis bisnis tak mulus, saat Wie Tay mengusulkan kepada sahabatnya untuk melakukan penambahan modal guna memperbesar bisnisnya, Lie Tay San keberatan dan mundur dari bisnis mereka.