Joshua White, asisten profesor keuangan di Vanderbilt University, menyebut popularitas Twitter juga menjadikan kata kerja seperti "tweet" dan "retweet" sebagai bagian dari budaya modern, yang digunakan secara teratur untuk menjelaskan bagaimana selebritas, politisi, dan lainnya berkomunikasi dengan publik.
Dia mengungkapkan, perubahan nama Twitter menjadi X tidak bisa disamakan dengan perubahan nama perusahaa teknologi lainnya. Google berubah menjadi Alphabet Inc, untuk memungkinkan bisnis yang berbeda di dalam perusahaan tumbuh tanpa terikat pada pencarian.
"Facebook berubah menjadi Meta Platforms Inc untuk menekankan komitmen perusahaan terhadap metavers, tapi nama produknya tetap ada," ujar Joshua.
Perusahaan konsultan penilaian merek, Brand Finance, menyatakan nilai merek Twitter sangat berharga dan kuat di pasar global, sehingga tak mudah untuk mengubahnya dalam sekejap. Brand Finance memperkirakan nilai merek Twitter diperkirakan sekitar 4 miliar dolar AS, sedangkan merek Facebook di 59 miliar dolar AS, dan Instagram 47,4 miliar dolar AS.
Sedangkan Universitas Vanderbilt memperkirakan nilai merek Twitter sebesar 15-20 miliar dolar AS, sebanding dengan Snapchat. Disebutkan pula, nilai merek Twitter mengalami penurunan yang signifikan sejak diambil alih ELon Musk pada Oktober 2022.
Brand Finance memperkirakan merek Twitter kehilangan 32 persen nilainya sejak tahun lalu. Tak hanya itu, para pengiklan juga meninggalkan Twitter sejak diambil alih Elon Musk, bahkan meningkat tajam sejak Elon Musk mengumumkan perubahan nama Twitter pekan lalu.
Chief Executive Officer Twitter yang baru, Linda Yaccarino, menguraikan visi perusahaan untuk X menjadi situs untuk audio, video, perpesanan, pembayaran, dan perbankan.