Arief menegaskan, sebagai negara agraris, sudah seharusnya Indonesia memiliki surplus yang besar yang dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri bahkan pasar beras regional. Setidaknya melalui produksi dalam negeri yang jumlahnya cukup, idealnya Indonesia dapat memenuhi kebutuhan pangan masyarakat dengan harga yang wajar.
Ke depan, Arief berharap dengan stabilnya pasokan dan harga beras, petani dan pelaku usaha penggilingan padi bisa semakin bersemangat untuk berproduksi, sebab kepastian usaha menjadi salah satu faktor utama dalam menjaga keberlangsungan dunia usaha, termasuk peningkatan kesejahteraan petani.
"Utamanya kita dorong semangat petani dan penggilingan untuk berproduksi dan meningkatkan produktivitasnya selaras dengan arahan Presiden Joko Widodo, sehingga pengadaan dan pemenuhan cadangan beras kedepannya bisa dimaksimalkan dari dalam negeri," tuturnya.
Upaya lain yang dilakukan Bapanas ialah memasifkan kampanye Stop Boros Pangan untuk mengurangi food loss and waste. Secara global 1,3 milyar makanan terbuang setiap tahun, setara dengan 1/3 dari makanan yang diproduksi setiap tahun. Sesuai data Bappenas, tumpukan food loss dan waste di Indonesia tahun 2000-2019 mencapai 23-48 juta ton, sehingga apabila dapat diminimalkan, gerakan ini akan dapat memberikan dampak yang besar bagi pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat.
Di samping segala upaya tersebut, Arief juga mengajak masyarakat untuk Belanja Bijak. Apabila seluruh masyarakat bisa menerapkan belanja sesuai dengan kebutuhan, tentunya itu akan mengurangi meningkatnya permintaan pasar secara berlebih terhadap pangan pokok seperti beras.
"Mari kita Belanja Bijak karena pemerintah menjamin stok pangan yang tersedia, cukup untuk memenuhi kebutuhan kita bersama," katanya.