Mengenal Kebudayaan Nusantara lewat Minuman Fermentasi Tradisional

Selain itu, mantan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Saleh Husin mengatakan. minuman fermentasi harus dikembangkan sebagai salah satu budaya dan ciri khas bagi Indonesia, maka diperlukan riset sehingga menghasilkan minuman yang berkualitas.
"Indonesia punya ragam budaya termasuk minuman. Ini perlu dikembangkan. Jadi, budaya memang harus memiliki ciri khas. Diperlukan riset industri atau universitas sehingga menghasilkan minuman berkualitas. Selama ini minuman fermentasi hanya diproduksi daerah. Sebaiknya ini diolah industri dan universitas agar makin mendunia," ujar Saleh.
Dalam kesempatan yang sama, moderator Komunitas Jalansutra Harry Nazarudin menambahkan, jika ditilik dari sejarahnya, minuman dan teknologi fermentasi di Indonesia berasal dari dua arah. Pertama adalah migrasi manusia purba ke Indonesia yang membawa ragi dan bibit pohon aren. Keduanya berasal dari alam Indonesia yang memberi teknologi fermentasi yang khas seperti yang terjadi pada tape ketan.
"Hal ini berarti minuman fermentasi merupakan warisan budaya yang harus dilestarikan dan juga sangat berpotensi menjadi ikon Indonesia yang berdaya tarik internasional," kata Harry Nazarudin.
Di tengah tekanan banyak pihak, beberapa minuman fermentasi ternyata mampu bertahan dan bahkan sudah dikomersialisasikan seperti contohnya, Sopi dari NTT dan Cap Tikus dari Minahasa Selatan. Selain dua produk tersebut, Arak pun juga menyusul untuk menjadi produk resmi berkat dukungan dari pemerintah daerah Bali.